
Bandarlampung, Warta9.com – Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) Kemendikbudristek melakukan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan para mitra kerja. Salah satunya melakukan kerjasama dengan Universitas Teknokrat Indonesia (UTI) PTS terbaik di Sumatera
Kerjasama dituangkan dalam penandatanganan perjanjian kerjasama oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Prof. Endang Aminudin Aziz; Kapolda Lampung Irjen Hendro Sugiatno, Rektor UTI Dr. HM. Nasrullah Yusuf, SE., MB.A; Rektor Universitas Muhammadiyah Kotabumi Dr. Sumarno dan Kepala Kantor Bahasa Lampung Eva Krisna, di Emersia Hotel and Resort Bandarlampung, Kamis (20/1/2022).
Prof. Endang Aminudin Aziz mengatakan, implemetasi isi dari perjanjian tersebut adalah dengan melibatkan perguruan tinggi hingga Kepolisian dalam mengangkat martabat Bahasa Indonesia. “Mudah-mudahan ini bisa segera ditindaklanjuti. Bukan hanya sebatas tanda tangan saja. Namun bergerak untuk mewujudkan visi misi bersama,” kata Prof. Endang Aminudin.
Sementara itu, Kapolda Irjen Pol Hendro Sugiatno mengatakan, dalam perkembangannya saat ini diharapkan bisa bekerjasama dengan baik seperti dalam pemecahan kasus menyangkut UU ITE yang melibatkan ahli bahasa. “Ini penting untuk mengimplementasikannya. Terutama di tengah meningkatnya penggunaan media sosial, yang memudahkan untuk berkomunikasi. Tapi harus juga dikontrol dalam berbahasa dan berucap,” kata Irjen Pol Hendro.
Nasrullah menyebutkan, banyak bahasa yang menarik perhatian dunia. Utamanya negara besar seperti Cina, Arab Saudi, Korea dan Inggris. Hal ini bisa terjadi karena banyak faktor. Di antaranya pendidikan dan perdagangan. “Seperti Arab, Cina dan lainnya. Itu karena perdagangan juga pendidikan,” kata Nasrullah.
Rektor UTI Nasrullah Yusuf juga menyinggung dosen yang saat ini kuliah di Irlandia dan memperkenalkan bahasa Indonesia yang digunakan media massa. “Mereka tunjukkan artikel hasil tulisan koran di sini kepada dosen-dosen di sana. Begini bahasa yang digunakan,” kata Nasrullah.
Kesimpulannya, kata Nasrullah, menyampaikan bahasa tidak lagi menulis dan bicara. Melainkan mendengar menggunakan digital literasi. (W9-jam)