Bunda Literasi, Role Model Mempromosikan Budaya Gemar Membaca 

Assalamualaikum Wr Wb.

Tabik pun…

Alhamdulilah, akhirnya saya bisa menyelesaikan tulisan ini, di tengah – tengah kesibukan sebagai seorang Ibu, pendamping suami, sebagai Ketua TP PKK, Ketua Dekranas, Bunda PAUD, Bunda Literasi dan Ketua berbagai organisasi lainnya.

Ketika Bapak Arinal dilantik sebagai Gubernur Lampung, beberapa saat kemudian saya pun dilantik sebagai Ketua Dekranas Provinsi Lampung oleh Ibu Mufida Jusuf Kalla di Istana Negara. Dan pada tanggal 18 Juni 2019 saya dilantik sebagai Ketua TP PKK Provinsi Lampung oleh Ibu Erni Tjahyo Kumolo di Balai Keratun, Bandar Lampung. Disusul kemudian pengukuhan saya sebagai Bunda PAUD dan Bunda Literasi.

Menyandang sebagai Ketua TP PKK Provinsi Lampung, bagi saya tidak asing lagi. Karena selama 32 tahun mendampingi Bapak Arinal di birokrat, saya termasuk aktif dalam kegiatan baik di PKK, Dharma Wanita Persatuan, Dekranas dan GOPTKI. Semua program kerjanya pun sejalan dengan program pemerintah.

PKK adalah mitra pemerintah. Kami membantu melaksanakan program- program sampai ke tingkat desa dengan dibantu oleh kader-kader sampai tingkat dasawisma. Target besar saya di PKK adalah Stunting di Provinsi Lampung bisa ditekan atau menurun, terutama di locus desa yang tingkat stuntingnya tinggi.

Begitupula sebagai ketua Dekranas, diharapkan saya mampu mengangkat dan mengembangkan budaya dan kerajinan khas Lampung sampai mancanegara. Saya pun sedang mempopulerkan kembali kain khas Lampung, kain Sebage yang merupakan kain tua di Provinsi Lampung.

Mungkin lain waktu saya akan menulis khusus tentang Dekranas, karena Lampung begitu kaya akan budayanya. Dan saya bangga menjadi orang Lampung karena Provinsi ini salah satu dari Provinsi yang ada di Indonesia yang mempunyai aksara sendiri, belum lagi hasil kerajinannya. Tapis, Sulam Usus, Manduaro, Belah ketupat Celugam dan lain-lain. Apalagi kuliner dan alamnya, wah..tidak cukup satu halaman koran ini.

Baiklah, kita fokus ke judulnya, Bunda Literasi. Alhamdulillah, berdasarkan SK No. G/685/V.18/HK/2019 pada tanggal 8 Oktober yang lalu, saya dikukuhkan sebagai Bunda Literasi oleh Bapak Muhammad Syarif Bando, Ketua Perpustakaan Nasional.

Sejarah peradaban umat manusia menunjukan bahwa bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literasi, yang memiliki peradaban tinggi dan aktif memajukan masyarakat dunia.

Literasi dalam konteks ini bukan hanya masalah bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melainkan juga yang lebih penting bagaimana warga bangsa memiliki kecakapan hidup agar mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain untuk menciptakan kesejahteraan dunia.

Dengan kata lain, bangsa dengan budaya literasi tinggi menunjukan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif, sehingga dapat memenangi persaingan global.

Untuk membangun budaya literasi pada seluruh ranah Pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), sejak tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Layaknya suatu Gerakan, pelaku GLN tidak didominasi oleh jajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi digiatkan
pula oleh para pemangku kepentingan, sebagai pegiat literasi, akademis, organisasi profesi, dunia usaha, dan kementerian/Lembaga lain.

Apa itu Bunda Literasi?
Bunda Literasi adalah simbol sekaligus mitra utama dalam upaya memajukan
Gerakan Literasi Nasional. Sebagai figur ibu yang merupakan tokoh sentral dari setiap jenjang pemerintahan di seluruh tanah air, mulai dari desa/kelurahan hingga nasional yang memberikan sumbangan pemikiran, sosialisasi, dan penggerak Budaya Literasi.

Secara umum,pengertian Bunda Literasi Provinsi adalah figur dan tokoh sentral Gerakan Literasi Nasional Provinsi. Perannya adalah memberikan sumbangan pemikiran, sosialisasi, dan penyokong pergerakan literasi di tingkat provinsi.

Tujuan GLN
Tujuan umum Gerakan Literasi Nasional adalah untuk menumbuhkembangkan budaya literasi pada ekosistem Pendidikan mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat, dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup.

Sebagai suatu gerakan, literasi harus memberikan kesempatan dan peluang untuk keterlibatan semua pemangku kepentingan, baik secara individual maupun kelembagaan. Literasi harus menjadi milik bersama, menyenagkan, dan mudah dilaksanakan baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing- masing.

Demikianlah peran dan tugas saya sebagai Bunda Literasi. Saya sebagai isteri Gubernur, diharapkan bisa menjadi Role Model untuk dapat mempromosikan budaya gemar membaca kepada anak – anak, remaja, dan dewasa pada seluruh
lapisan masyarakat. Dan menudukung program janji kerja Gubernur dan Wakil Gubernur untuk meningkatkan Literasi Internet dan Layanan Perpustakaan bagi warga desa.

Saya juga mempunyai kegemaran membaca dan menulis. Semoga kedepannya saya dapat menulis kembali terutama yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan saya diberbagai organisasi yang saya pimpin. (Oleh : Riana Sari Arinal)

Terimakasih,
Wasalamualaikum wr wb.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.