Didin Wahidin mengatakan, agar mahasiswa lebih mengembangkan teknologi dimasa yang akan datang. Didin juga mengharapkan agar Universitas Teknokrat tidak bosan menjadi tuan rumah.
Revolusi industri yang ada sekarang lebih ditonjolkan karena teknologi informasinya. Nantinya akan berkembang era industri dimana robot akan berperan.
Karena itu, meski kita melakukan kontes robot. Tapi robot yang dihatapkan untuk membangun manusia bukan robot untuk membangun robot. Sehingga bisa membangun cita-cita yang luhur terhadap bangsa Indonesia.
KRI 2019 hendaknya nuansanya pembelajaran. Yaitu, untuk menambah bobot harga diri jati diri bangsa di tingkat internasional bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia. “Jadi kontes robot ini bukan sekadar lomba robot, tapi nuansa pembelajaran yang nantinya menjadi bekal,” ujar Didin.
Hadir dalam pembukaan kegiatan ini Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah II Bapak Prof. Dr. H. Slamet Widodo, MS, MM, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Drs. Sulpakar, MM, Ketua Yayasan Pendidikan Teknokrat Dr. H. Mahathir Muhammad, SE, MM, Dewan Juri KRI 2019, Pimpinan Perguruan Tinggi, Pembimbing Peserta KRI 2019, para siswa SMA, SMK, MA se-Bandarlampung.
Slamet mengatakan, kalau sekarang semua serba IT, maka dimasa yang akan datang be berapa kegiatan sudah dilakukan dengan robot. Prof. Slamet juga berpesan agar Kemenristekdikti memperhatikan riset para mahasiswa. (W9-jam)