Jejeran bangunan rumah panggung itu berdiri di aliran sungai selebar ratusan meter yang membentang d Desa Pagardewa, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung. Dibuat dari kayu dan beratap rumbia. Sekilas tampak lapuk termakan usia. Itulah rumah asli Lampung warisan budaya.
Perahu kayu berpenggerak mesin melaju perlahan membelah riak sungai Waykiri. Di atas perahu sekelompok pria dan perempuan berpakaian rapi duduk berdempetan. Mereka adalah para seniman, budayawan sebagai penyaji acara sharing time megalitik dalam rangka Tour Tubaba.
Pakaian mulai lepek, namun tak menyurutkan langkah mereka mengarungi sungai selebar seratus meter itu. Pagi itu Sabtu (25/1/2020), Umar Ahmad mengenalkan berbagai lokasi situs bersejarah di sepajang pertemuan dua sungai Waykiri dan Waykanan itu.
Sesekali ia melempar senyuman kepada para turis peserta Tour Tubaba yang merupakan rangkaian kegiatan Sharing Time: Megalithic Millenium Art, 22 hingga 26 Januari 2020.
Burung-burung bersayap putih mengepak sayap memacu kecepatan perahu kayu menuju daun daun hijau yang tumbuh subur di sepanjang sungai. Mereka bergantian mengepak sayap terbang mencari makan. Sebuah pemandangan indah memanjakan mata para peserta Tour dari mancanegara itu.
Rute kunjungan wisata di beberapa situs sejarah budaya di awali dari Patung Megow Pak Tiyuh Panaragan. Kemudian ke Makam Haji Minak Pati Pejurit Hidayatullah gelar Minak Kumala Bumi Tiyuh Pagar Dewa.
Kemudian rombongan Tour bertolak ke Batang Hari (Sungai) Papan Tiyuh Gunung Katun Tanjungan dan Benteng Sabuk Tiyuh Gunung Katun Tanjungan Kecamatan Tulang Bawang Udik.
Pria berkulit putih ini sebelumnya menganut Agama Ortodoks Rusia (Kekristenan di Rusia). Moris Sakhaia mengucapkan dua kalimat syahadat di bimbing Ketua Pederasi Adat Megou Pak Tulangbawang Hermani.
Puncak Acara Sharing Time : Megalithic Millenium Art
BUPATI Tulang Bawang Barat Umar Ahmad secara resmi menutup seluruh rangkaian kegiatan Sharing Time: Megalithic Millenium Art (MMA) di Kota Budaya Ulluan Nughik, Panaragan Jaya, Minggu (26/01) pagi tadi.
“Tubaba tak ada pintu. Sudah kami copot. Tubaba membuka diri buat siapa saja yang datang untuk membangun,” kata Umar Ahmad saat menutup sharing time yang berlangsung selama lima hari itu. Acara dirangkai dengan sarasehan, workshop, dan pementasan seni budaya, dengan melibatkan peserta dari dalam dan luar negeri.
Selain mengucapkan terimakasih, Umar juga berpesan kepada peserta asal Russia selama berada di Tubaba telah mendapat kesan positif dan menjadi mu’alaf memeluk agama Islam. “Selamat. Mudah-mudahan menjadi awal yang baik,” tandas Umar. (Joni)