Efin Nurtjahja Dampingi Mantan Menlu Beri Kuliah Umum di FISIP Unila

Bandarlampung, Warta9.com – Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Dr. Hassan Wirajuda, memberi kuliah umum soal Naskah Proklamasi yang dikaitkan dengan konsepsi hak bangsa terjajah (self determination), secara nasional dan perbandingannya di dunia internasional dan segala konsekuensinya, di Fakultas FISIP Unila, Senin (25/3/2019).

Kuliah umum ini terselenggara berkat tawaran Efin Nurtjahja kepada Dr. Ari Darmastuti, Kaprodi Jurusan Hubungan Internasional untuk menghadirkan Dr. Hassan Wirajudha di lingkungan FISIP khususnya dan Unila pada umumnya.

Kehadiran diplomat senior mantan Menlu dua periode era Presiden SBY ini sangat tepat untuk membagi ilmu kepada mahasiswa FISIP. Ahli sekaligus tokoh penting, menguasai lintas ilmu, apalagi sarat pengalaman lapangan diplomasi global, dan dihormati, merupakan kualitas sangat penting bagi semua yang terlibat di dunia pendidikan. Para mahasiswa dan juga dosen memperoleh insentif positif dan berharga.

Selama dua jam penuh, Hassan Wirajudha mengupas topik menarik mengenai Naskah Proklamasi dikaitkan dengan konsep berfikir tentang hak kemerdekaan segala bangsa untuk keluar dari suatu penjajahan. Hassan Wirajudha mengungkapkan bahwa Naskah Proklamasi mengandungi cara berfikir orisinal dari para pendiri bangsa, penggagas kemerdekaan RI. Konsepsi berfikir yang jenuin tersebut berakar dari suasana kebatinan yang berkembang saat itu. Pilihan diksi ‘menyatakan’ dan ‘frasa pemindahan kekoeasaan’ menjadi ekstraksi rasa dan nalar para konseptor kemerdekaan.

Disebutkan, bahwa kata ‘menyatakan’ menunjukkan konsep kepercayaan diri menginformasikan kepada publik internasional bahwa Indonesia telah merdeka, telah mengeluarkan diri dari penjajahan. Sedangkan frasa ‘pemindahan kekoeasaan’ merujuk kepada tidak tergantung kepada negara lain untuk menjadikan diri merdeka. Frasa tersebut mengacu kepada tindakan unilateral, tindakan atas kemauan sendiri dan dilakukan sendiri. Bukan tindakan serah terima yang melibatkan dua pihak: yang memberi dan yang menerima atau bilateral. Yang terakhir mengandung unsur dominan dan subordinat yang tidak dikehendaki para pendiri bangsa.

Pada bagian lain Efin Nurtjahja menggaris bawahi pentingnya implikasi kuliah umum bagi para mahasiswa. Cakrawala berfikir menjadi lebih luas, memotivasi untuk bermimpi lebih besar, sekaligus lebih membuka kesadaran akan prasyarat memenangkan kompetisi yang semakin kompleks untuk menjadi sukses. Efin merasa puas dengan antusiasme para mahasiswa dan dosen. Keyakinan bertambah tebal bahwa di atas lima tahun ke depan akan muncul banyak diplomat-diplomat membanggakan dan terhormat yang berasal dari Lampung yang akan lebih membesarkan nama Indonesia di kancah dunia. (W9-jam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.