Kepala Bapeten : Pengawasan Ancaman Nuklir Teroris Lebih Sulit

Kepala Bapeten Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto, MSc, didampingi Rektor Universitas Teknokrat Indonesia Dr. HM. Nasrullah Yusuf, SE, MBA, memberi keterangan kepada para wartawan usai memberi kuliah umum di kampus Teknokrat. (foto : jam)

Bandarlampung, Warta9.com – Meski Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) telah memastikan Indonesia akan aman dari dampak negatif pemanfaatan teknologi nuklir. Namun pengawasan terus dioptimalkan pada semua pihak pemanfaat teknologi nuklir dalam berbagai bidang kesehatan, industri dan penelitian.

Namun demikian, pengawasan teknologi nuklir terhadap teroris lebih sulit dari pengawasan ancaman nuklir dari negara lain. “Pengawasan ancaman nuklir dari negara lain lebih mudah dan Indonesian sangat aman. Tapi yang sulit itu ancaman nuklir teroris, karena tidak terdeteksi. Oleh karena itu perlu adanya kerjasaman dengan intelejen dan pihak lain,” kata Kepala Bapeten Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto, MSc, usai mengisi Kuliah Umum di Universitas Teknokrat Indonesia, Sabtu (25/8/2018).

Bapeten dalam melakukan pengawasan teknologi nuklir telah bekerja sama dengan dunia internasional melalui International Atomic Energy Agency (IAEA) dengan dilaksanakannya Site External Event and Design (SEED) Mission dan Integrated Regulatory Review Service (IRRS) Mission.

Berdasarkan kesepakatan internasional, maka Indonesia tidak bisa lagi mengembangkan industri nuklir. Oleh sebab itu, Indonesia mengoptimalkan pengawasan indutri nuklir. Karena itu, Bapeten membuat skema perizinan yang harus ditaati.

Masih menurut Prof Jazi, nuklir tidak terlalu bahaya kalau dikelola dengan baik dan akan bermanfaat bagi manusia. Bapeten berharap nuklir dapat menjadi sesuatu yang akrab di telinga masyarakat.

Lebih lanjut Prof. Jazi mengatakan, di beberapa rumah sakit sudah mulai menerapkan pengobatan menggunakan radioaktif. Bapeten sendiri menjadi lembaga yang memberikan izin dan melakukan pengawasan terhadap penggunaan nuklir di rumah sakit. Oleh sebab itu, masyarakat harus tau apakah teknologi nuklir yang digunakan rumah sakit sudah berizin atau belum bisa dicek.

Begitu juga ada perguruan tinggi yang memanfaatkan bahan nuklir, peralatan ataupun sumber radioaktif diharapkan segera memiliki izin dari Bapeten. Hal ini bertujuan sebagai sarana pelatihan kepada universitas agar mengerti budaya keselamatan serta lulusanya memiliki sertifikat yang nantinya dapat digunakan untuk menaikan daya saing di dunia kerja. (W9-jam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.