Mahathir Muhammad Khotib Shalat Ied di Masjid Kampus Universitas Teknokrat ; Ada Keteladanan Nabi Ibrahim AS, Secara Demokrasi dan Sabar Menerima Ujian dari Allah SWT

H. Mahathir Muhammad menjadi Khotib Shalat Idul Adha 1441 H. (foto : ist)

Bandarlampung, Warta9.com – Universitas Teknokrat Indonesia menyelenggarakan Shalat Idul Adha 1441 H, di Masjid Asmaul Yusuf, Jumat (31/7/2020), dengan menerapkan protokol kesehatan. Bertindak selaku imam Shalat Id, Rio Andika, S.Kom staf kemahasiswaan, Khotib Dr. H. Mahathir Muhammad, SE, MM, Bilal Satpam Teknokrat Hasan

Mahathir Muhammad Ketua Yayasan Pendidikan Teknokrat ini, dalam khutbahnya menyampaikan, bahwa saat ini kita berada di satu hari yang dimuliakan Allah yaitu Idul Qurban. Di tiga hari tasyrik, dimana pada hari ini, dihalalkan oleh kita makanan dan
diharamkan bagi kita untuk shiyam. Hari ini adalah hari yang bahagia, walaupun penderitaan kita pasca Covid -19 belum juga sirna, semoga Allah senantiasa
melimpahkan rahmatnya kepada kita semua.

Mahathir Muhammad juga Wakil Rektor I Universitas Teknokrat Indonesia salah satu PTS Terbaik di Lampung ini menjelaskan, pada Hari Raya Idul Adha ini, ada dua syari’ah yang telah diajarkan kepada kita semua melalui baginda Rasul tercinta sebagai tapak tilas dari perjalanan para Nabi terdahulu dalam menjalani segala ujian yang diberikan oleh Allah SWT, untuk menjadi insan yang mulia.

Syariat yang pertama adalah, Kurban dan syari’at yang kedua adalah Haji. Kedua syari’at ini bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. “Sesungguhnya Islam datang bukan di ruang yang hampa, namun Islam datang di tengah-tengah degradasi umat yang bobrok, yang ketika itu disebut masa Jahiliyah. Masa jahiliyah bukanlah karena manusianya yang bodoh, tapi karena miskinnya akhlak, sehingga baginda Rasulullah Muhammad SAW diperintahkan untuk menyempurnakan akhlak (Innama bu’istu li utammima makarimal akhlak),” kata Mahathir mengutip Hadits Nabi Muhammad SAW.

Di antara miskinnya akhlak itulah mereka melupakan agama yang hanif, yang
dibawa oleh baginda Nabi Ibrahim AS untuk menyembah Allah. Berkurban untuk
Allah, berhaji untuk Allah. Justru mereka kembali menyembah berhala, dengan
meletakkan patung-patung Lata dan Uzza di sekitar Ka’bah, meninggalkan ajaran Isa
As, justru mereka menyembah Isa dan menganggap Isa AS., sebagai Tuhannya.

Mahathir melanjutkan, ibadah kurban merupakan syari’at pertama yang diajarkan di hari Raya Idul Adha. Sebagaimana firman Allah SWT. Inna A’thaina kal Kautsar (sesungguhnya telah aku berikan kepadamu
Muhammad surga al-Kautsan). Kalimat atha-yu’thi, merupakan bentuk fiil yang
berarti memberi, kalimat memberi biasanya adalah untuk sesuatu yang tidak banyak
atas apa yang kita miliki. Begitu juga sesungguhnya Allah telah memberikan
kenikmatan itu tidak banyak bagi Allah SWT, namun sesungguhnya sangat banyak
bagi kita.

Fashalli lirabbika wan har, (dan shalatlah atas nama Tuhanmu dan berkurbanlah), Allah telah memerintahkan kepada kita untuk shalat dan berkurban. Shalat yaitu perintah shalat Idul Adha dan berkurban pada saat Idul Adha dan hari-hari tasyrik. Innasyani akahuwal abtar, (sesungguhnya orang-orang yang membenci
Muhammad maka akan terputus). Terputus yang dimaksud adalah terputusnya
rahmat Allah kepada mereka, dan terputusnya nasab mereka kepada nenek moyang
mereka. Karena sekali-kali tidak pernah terukir dalam sejarah al-Qur’an. Allah SWT berfirman tentang manfaat kurban dalam surat al-Hajj ayat 37 yang artinya ; Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.

Adapun syari’at yang kedua yang telah ditetapkan keberadaannya kata Mahathir,
ibadah haji. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa
yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah,
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai
orang-orang yang berakal.” (QS. Al Baqarah:197).

Idul Adhan tahun ini tentunya sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun sebelumnya, berkisar antara 2,5 juta jiwa umat Islam di seluruh penjuru dunia di bulan ini sedang melaksanakan ibadah Haji, tanpa membedakan ras, golongan, kultur, warna kulit dan sebagainya. Mereka bersama-sama
menggunakan pakaian yang sama, berbaju putih tanpa berjahid dengan bertawaf
sambil melafadzkan kalimat (labbaik, Allahumma labbaik, labbaikk a syarika laka labbaik, innalhamda, wannikmata, laka walmulku la syarikalak). Namun pada saat ini harus tertunda dengan adanya wabah Corona (Covid-19), yang sedang melanda dan menggoncangkan dunia, walaupun sudah mulai normal dalam keberadaannya.

Ibadah Qurban dan haji merupakan tapak tilas dari perjalanan para Nabi-Nabi Allah yang mulia, yang dijelaskan dalam al-Qur’an, yang merupakan syari’at sebelum datangnya syari’at Islam (syar’u man qablana).

Tujuan disyariatkannya kurban dan haji adalah tercapaianya kemaslahatan dan menghindarkan kemudharatan, jika ditinjau maqasid al-syari’ah adalah:

1. Menjaga agama, bertakbir, bertahmid, bertahlil termasuk melaksanakan perintah
Allah seperti menyembelih qurban, melaksanakan haji adalah termasuk menjaga Agama Allah. Pelaksanaan haji dan qurban adalah sesuatu yang tidak terbantahkan di kalangan ulama, karena nashnya sungguh jelas perintahnya.

2. Menjaga jiwa, jiwa manusia selalu rakus akan urusan duniawi, dengan berkurban
dan dengan berhaji, maka sesungguhnya terpeliharanya dari sifat bakhil dan akan
terwujud keikhlasan kepada Allah. Sehingga pada waktu kita melaksanakan haji,
kita dilarang membunuh, berbuat kejahatan, fasik, berbantah-bantahan ketika
melaksanakan ibadah haji. Kalau saja mereka tidak menjaga jiwa mereka, pasti
akan terjadi perdebatan, pertikaian, maupun perkara lain yang dapat mengancam
jiwa.

3. Menjaga akal, sungguh mulia pelaksanaan haji dan qurban ini, karena dengan
sangat tertib dilaksanakan, misalnya pelaksanaan setahun sekali dan tidak setiap
hari, penyembelihan qurban yang telah ditentukan ukuran binatangnya, misalnya
kambing di atas satu tahun jika akan kita tidak sehat, bisa saja kambing itu dibuat
powel (giginya telah lepas) atau dikatakan sudah satu tahun padahal belum.

4. Menjaga nasab, dengan berqurban sesungguhnya menjaga nasab baik nasab
binatag yang diqurbankan dengan ketentuan satu tahun misalnya kambing, maka
akan menjaga dari kepunahan, selain itu juga sebagimana dikatakan dalam surat
al-Kautsar, bahwa orang-rang yang mengolok-olok pada nabi Muhammad
termasuk umatnya, maka ia akan terputus dari Rahmat allah dan akan terputus
dari nasab mereka, sehingga tidak pernah tercatat dalam sejarah.

5. Menjaga harta, dengan kita berqurban, maka sesungguhnya kita teruji dari harta
yang kita miliki, harus kita qurbankan demi mengharapkan ketaqwaan kita
kepada Allah.

Ada pelajaran besar dibalik pelaksanaan Haji dan kurban, di antara hikmah yang dapat kita ambil adalah, keteladanan Nabi Ibrahim AS, yang secara demokrasi dan sabar menerima ujian dari Allah SWT, ketaatan nabi Isma’il yang dengan keikhlasannya karena Allah, ia rela dikurbankan atau menjadi kurban. Di mana orang pada saat itu, selalu mengurbankan binatang dan sejenisnya untuk Tuhan-tuhan mereka.

Nabi Ibrahim AS sebagai Khalilullah (kekasih
Allah) yang kala itu mendapatkan fitnah terlalu cinta pada anaknya. Maka Allah
mengujinya dengan diperintahkan untuk menyembelih anak satu-satunya yang
dilahirkan dari berpuluh-puluh tahun ia tidak memiliki anak. Iitupun ia kurbankan
demi ketaatannya kepada Allah SWT.

Sebuah reseach mengatakan bahwa, menyembelih binatang dalam syari’at
Islam adalah harus menggunakan lafadz Jalalah (bismillah) agar binatang yang
disembelihnya menjadi halal dan mendapatkan barokah. Selain itu juga, tidak
diperkenankan untuk memotong seluruh lehernya, atau terputus antara badan dan
kepalnya, ternyata ketika kepala dan badan tidak terputus, ketika sakaratul maut,
saraf otak masih dapat bekerja menyutuh jantung untuk bekerja dan dapat
menghembuskan darah keluar dari seluruh badanya. Sehingganya daging tersebut
menjadi seteril dari darah yang kemungkinan akan ada virus atau penyakit. (W9-jam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.