Mengintif Lebih Dekat Tradisi “Midang Morge Siwe”

Kayuagung, Warta9.com – Tradisi masyarakat Suku di Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Provinsi Sumatra Selatan, yang rutin diselenggarakan setiap tahun pada hari ke 3-4 Hari Raya Idul Fitri, yaitu “Midang Morge Siwe” yang merupakan tradisi turun menurun.

Awalnya midang ini ada pada abad ke-16 yang merupakan persyaratan untuk menjemput mempelai perempuan yang dilakukan mempelai laki-laki, masuk dalam adat istiadat perkawinan.

Midang dalam istilah masyarakat Kayuagung adalah sebuah kegiatan berjalan kaki dengan menggunakan pakaian adat perkawinan masyarakat Kayuagung, sedangkan bebuke artinya lebaran. Seiring berjalannya waktu, midang ini terus mengalami perkembangan dan mulai tahun 1954 telah dilaksanakan midang bebuke morge siwe.

Para pesertanya melakukan arak-arakan pakaian adat perkawinan “Mabang Handak” (adat perkawinan Kayuagung,red). Ada belasan macam pakaian adat perkawinan yang ditutup dengan pemusik tanjidor.

Ribuan peserta midang yang berasal dari 11 kelurahan dalam Kecamatan Kota Kayuagung selama dua hari memadati jalan-jalan protokol dan menyeberangi Sungai Komering melalui jembatan yang menghubungkan Kelurahan Kutaraya dengan Kelurahan Mangunjaya, dan finish di Pendopoan Rumah Dinas Bupati OKI.

Midang Morge siwe awalnya merupakan satu dari rangkaian adat perkawinan Mabang Handak (Burung Putih,red) masyarakat Kayuagung pada masa itu, yang merupakan perkawinan dalam adat yang tertinggi di Morge Siwe (Sembilan Marga).

Dimana jika ada pasangan muda-mudi yang melangsungkan pernikahan, maka salah satunya adalah dengan digelarnya midang yang pesertanya muda mudi berasal dari masyarakat sekitar dengan tujuan untuk memperkenalkan pada khalayak ramai.

Bahkan tak jarang saat kegiatan midang sedang berlangsung, ada orangtua yang berminat untuk menjodohkan anaknya dengan salah seorang peserta.

Kegiatan ini menjadi agenda tahunan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten OKI, sehingga menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat dan sana dan sekitarnya. Seperti halnya pada perayaan Idul Fitri 1439 H, Minggu dan Senin (17-18/6).

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten OKI, Ir Ifna Nurlela, saat ini midang menjadi salah satu adat budaya yang masih bertahan karena dilestarikan di Kabupaten OKI. “Adat arak-arakan ini sudah sejak lama dilakukan, para pelakunya adalah para muda-mudi dalam kelurahan,” terangnya.

Lanjut dia, dahulu midang dilakukan oleh muda-mudi yang kelurahannya ada hajatan pernikahan, kemudian untuk melestarikannya dikembangkan menjadi agenda tahunan pariwisata setiap tahunnya tepatnya di setiap lebaran.

Midang ini sendiri juga menjadi even pariwisata nasional yang artinya bukan hanya milik kabupaten OKI saja, tapi sudah menjadi salah satu atraksi pariwisata yang terdaftar di Kementerian Pariwisata RI dan pernah juga ditampilkan di Istana Negara pada tahun 2007.

Plt Bupati OKI, HM Rifa’i mengatakan, saat ini Pemerintah Kabupaten OKI sangat konsen mendukung tradisi midang sebagai warisan tradisi budaya leluhur yang sangat mahal nilai karakteristiknya. “Tradisi ini merupakan aset budaya yang sangat diperhatikan disamping tradisi lainnya di Kabupaten OKI. Kondisi midang sampai saat ini masih sangat lestari, bahkan berkembang menjadi wisata budaya,” pungkasnya. (W9-Indra)

banner 300250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.