Nenek Renta di Indramayu Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot

MENJALANI kehidupan dengan nyaman dan tenang tentu jadi dambaan setiap orang. Terutama mereka yang sudah memasuki usia senja. Siapapun mereka, pasti butuh makan dan minum yang tercukupi. Demikian pula tempat tinggal, yang juga layak untuk dihuni.

Namun semua itu tidak diperoleh Tanisem (60) hidup sebatangkara menempati gubuk reyot dari kayu. Gubuk reyot berukuran sekitar 3×2 meter yang jauh dari kesan layak untuk sebuah tempat tinggal itu, berdiri dilokasi kumuh di Desa Langut Blok Brak RT/RW 015/003, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Kondisi kehidupan sang nenek renta ini cukup memprihatinkan.

Meski begitu, senyum cerah masih tetap terpancar dari wajah lusuh Tanisem. Mengenakan kaos ungu, dan kain usang yang membalut pinggul dan wajahnya, Tanisen ramah menyambut warta9.com, yang menyambangi gubuk reyotnya, Rabu (12/9).

Saat kontributor warta9.com menghampiri dan menyapa nenek tua yang tengah bergelut dengan sampah-sampah di TPA pagi itu, ia tersenyum ramah. Pancaran keakraban dengan tawa khas-nya mengembang memecah bingarnya lalat-lalat yang beterbangan. Namun wajahnya yang lelah dengan gurat letih tak dapat membantah kalau embah Tanisem menjerit dalam kesulitan hidup yang harus dijalani.

”Biasa, ngumpulin rongsokan yang bisa ditukar dengan beras. Walau saya sudah tua tapi harus tetap bekerja memungut sampah. Ndak boleh males-malesan. Kalau ndak, mau makan dari mana. Anak juga saya gak punya,” katanya menjelaskan dengan bahasa medoknya.

Kemudian ia mengambil sebuah botol minuman bekas dengan sedikit tertatih. Karena satu tangannya lagi harus memegang karung untuk meletakkan barang bekas yang mungkin laku terjual. Sejenak ia tertegun, menarik nafas dalam dan membuang kepenatan yang mulai bersarang.

Pekerjaannya mencari kaleng-kaleng bekas dan sampah-sampah plastik setiap hari harus ia lakoni. Sebab sebagai orang tua dia tak mau memberatkan hidupnya pada keluarga yang hidup dalam standar ekonomi terbatas.

Bahkan, sang nenek tidak sungkan mengajak warta9.com masuk ke gubuknya. Kondisi kumuh terlihat jelas, ketika warta9.com memandangi satu per satu setiap sisi gubuk milik Tasinem, yang hanya dibalut papan dan genteng tua yang sudah berantakan. Boro-boro melihat kursi mau pun lemari.

Tempat tidur dan dapur menyatu dengan seluruh isi rumah yang jauh dikatakan layak untuk nenek tua renta ini, tapi mungkin inilah harta benda satu satunya peninggalan suami tercinta nenek Tanisem.

“Jika hujan terkadang atap rumah bocor, dan jika panas terik menerpa harus duduk di luar sendirian,” ujarnya. Si nenek juga memperlihatkan perlatan dapurnya yang sudah tidak layak lagi dugunakan, namun tetap dipergunakannya. “Mau gimana lagi,” jelasnya.

Nenek Tanisem berharap kepada Pemdes dan Pemerintah Daerah Kabupaten Indramyu, agar rumahnya bisa di benahi. Karena menurut dia, selama ini belum ada satupun yang datang dan melihatnya. “Pernah juga ada yang foto rumahnya oleh RT setempat namun sampai sekaran belum juga terealisa,” tandas nenek sebatang kara ini. (W9-Sai)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.