Pagi Hingga Malam Cuma Rp. 3000, Pondok Boro di Semarang Jadi Idola Para Perantau

Suasana di dalam pondok boro Kp Sumeneban, Kelurahan Kauman, Kecamatan Semarang Tengah kota Semarang (foto: Warta9.com/Alim)

Semarang, Warta9.com – Di tengah kampung padat penduduk di kota Semarang ternyata masih ada penginapan dengan harga yang sangat murah dan menjadi idola bagi para perantau dari luar kota yang sedang mencari nafkah di ibu kota Provinsi Jawa Tengah tersebut.

Penginapan itu berada di Kp Sumeneban RT 1 RW 5 Kelurahan Kauman Kecamatan Semarang Tengah kota Semarang, atau orang sekitar biasa menyebut dengan nama Pondok boro 144.

Ketika Warta9.com mengunjungi tempat tersebut pada Sabtu (10/10/2020), seorang wanita paruh baya bernama Partinah yang juga tinggal di tempat itu nampak sedang duduk di warung miliknya yang berada di depan pondok boro dan dengan ramah menerima kunjungan kami.

Setiap hari Partinah berjualan makanan di pondok boro dan menceritakan bahwa dirinya sudah sejak kecil tinggal di penginapan tersebut.

“Saya sudah dari kecil, aslinya saya Kebumen, tapi saya lahir di sini dan sudah nyaman makanya saya betah sampai sekarang. orang tua sudah meninggal, dulu juga tinggal di sini,” ungkapnya.

Ketika kami menyusuri ruangan demi ruangan, tidak ada kesan mewah di tempat tersebut, yang ada hanyalah tempat sederhana.

Nampak beberapa penghuni sedang beristirahat melepas lelah di beberapa sudut ruangan. Lantunan suara orang mengaji juga terdengar dari salah satu kamar.

Yang tinggal di pondok boro berasal dari berbagai Kabupaten/kota yang ada di Jateng maupun Jabar diantaranya ada yang dari Sragen, Purworejo, Cirebon, Kebumen dan lainnya. Untuk profesi pekerjaannya bermacam-macam, ada yang pedagang keliling, kuli panggul, tukang bangunan, tukang becak, buruh dan pekerjaan serabutan lain-lain.

Masuk ke ruangan tengah, kami bertemu dengan Sutrisno (46) warga Asli Kabupaten Sragen yang setiap hari bekerja sebagai kuli di pasar Johar dan berjualan asesoris keliling.

“Saya sudah dari tahun 1996 di sini, saya asli Sragen, disini sejak bayarnya masih 300 rupiah hingga sekarang sudah 3000 rupiah, saya kerja kuli di pasar Johar, kalau jualan asesoris ini sebagai sampingan,” terang Sutrisno.

Untuk jumlah penghuninya, menurut Sutrisno ada 150 orang, namun yang aktif sekitar 80 orang karena banyak yang sedang pulang kampung.

Meski banyak ruangan yang masih kosong, namun ternyata tidak sembarang orang bisa nginap di pondok boro tersebut, karena untuk masuk harus ada yang mengajak.

“Harus ada yang membawa, contohnya saya di sini sudah lama dan misalkan bawa orang ke sini brarti saya yang harus bertanggung jawab, tidak bisa sembarang orang masuk kesini kalau tidak ada yang bawa,” ucap Sutrisno.

Meskipun sudah 24 tahun tinggal di pondok boro, Sutrisno lebih senang tinggal di lesehan, karena menurutnya biaya sewa lebih murah dari pada yang ada kamarnya.

“Saya seneng di sini karena lebih murah, sehari semalam cuma 3000 rupiah, kalau kita pulang gak dihitung. Kalau yang kamar per bulan 110 ribu,” terangnya.

Penghuni lainnya, Andi Setiawan, warga Purworejo yang sudah 5 tahun tinggal di sana juga mengaku betah karena biayanya yang murah.

“Saya betah disini karena semua pendatang enak diajak bersaudara dan tempatnya juga luas serta pembayaran juga murah,” ucapnya.

Pondok Boro milik Sarwoto warga Semarang atas itu sebelum jadi penginapan, dulunya merupakan kandang kuda. Bahkan di sekitaran kampung tersebut, dulunya juga banyak rumah boro yang lain. Seiring dengan perkembangan zaman, rumah boro itu kini diubah menjadi kos-kosan. (Alim)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.