Pemkab Tuba Polri dan TNI Dukung Upaya Pemuda Tangkal Provokasi Isu SARA

Menggala, Warta9.com Asisten I Bidang Kepemerintahan Pemkab Tulang Bawang DR. Akhmad Suharyo mengatakan, di Indonesia pertentangan antar individu atau masyarakat berlatar belakang suku yang berbeda, maka akan cenderung mengelompok menurut asal usul daerahnya (Primordial). Karena difinisi isu Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA) adalah pandangan pola pikir atau tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas, menyangkut keturunan agama kebangsaan atau kesukuan dan golongan.

Hal itu disampaikan Asisten dalam acara
diskusi Dialog Publik Peran Pemuda yang digelar PC PMII dalam menyikapi isu SARA di Aula STAI Tulang Bawang, Kamis (18/07/2018).

“Tindakan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas diri dan golongan dapat digolongkan dalam tindakan SARA. Konflik SARA adalah suatu kekerasan yang dilatarbelakangi sentimental antar suku, agama, ras dan golongan, jadi biasanya terjadi Konflik SARA karena adanya egoisme suatu kelompok disebabkan karena terbatasnya pemahaman tentang kebhinekaan,” katanya.

Menurut dia, pancasila sebagai ideologi bangsa, jati diri bangsa, dan cita-cita bangsa, jika bangsa indonesia gagal mempertahankan makna dari salah satu sila maka Indonesia mulai kehilangan jati dirinya.

“Sehingga Pemkab merupakan bagian integral dari sistem pemerintahan di Negara Kesatuan Indonesia (NKRI), untuk selalu berupaya  melakukan pembinaan dan ketertiban dalam menjaga keberagaman melalui lembaga teknis daerah,” tegasnya.

Sementara Waka Polres Tulang Bawang Kompol Djoni Arifin menyatakan, tema kegiatan yang diangkat PMII sebagai trending topic saat ini peran pemuda dalam menanggapi isu SARA berawal dari sumpah pemuda. Seharusnya pemuda saat ini harus terus menjalani sumpahnya.

“Hal yang harus diingat bahwa besar dan hebatnya satu bangsa tergantung dengan pemudanya, karenanya disebut bahwa roh suatu bangsa berada di pemuda,” jelasnya.

“Negara Indonesia besar dan kokoh diatas perbedaan yang diikat dengan Bhineka Tunggal Ika. Berbagai macam cara dilakukan orang yang tidak bertanggungjawab untuk memecah persatuan menghancurkan Bhineka Tunggal Ika sebagai pengikat bangsa yang beragam ini,” cetus Kompol Djoni lagi.

Hal yang sama diungkapkan Kasdim 0426/TB Mayor Arm Ketut Subanda. Ia memaparkan masa generasi teknologi hampir setiap orang terlibat. Dalam hal ini pemuda dapat dipastikan memiliki handphone. Sehingga dengan mudahnya dapat mengakses dunia maya. Efek buruk dari kemajuan teknologi ini adalah mudahnya menyebarkan isu perpecahan dengan dasar SARA.

“Pemuda harus dapat memilah kebenaran suatu berita, dalami sumber suatu isu yang disebarkan dan jangan menyebarkan berita yang tidak jelas sumbernya,” tutur Mayor Ketut. (W9-Wan)

Pos terkait