Pernikahan Sedarah, Dikaruniai Anak Dengan Penyakit Ichthyosis Sejak Lahir

Klungkung, Warta9.com Sungguh malang dialami Ni Komang Anjani (6), anak ketiga dari pasangan I Nengah Suteja (50) dan Ni Nyoman Tika (49) warga Lingkungan Besang Kangin, Kelurahan Semarapura Kaja, Klungkung. Sebab, kulit di sekujur tubuh bocah itu mengelupas dan luka.

Ditemui di rumahnya Kamis (17/10), Suteja yang merupakan PNS DLHP Klungkung mengaku, anaknya sudah menderita kelainan kulit semacam ichthyosis sejak lahir. Terlebih, beberapa hari setelah lahir di RS Permata Hati, Klungkung pada 17 Mei 2013 silam, anak tersebut sempat menjalani rawat inap selama 3 bulan di RSUP Sanglah, Denpasar.

Bukannya sembuh, anaknya (Anjani-red)  yang terlahir dengan bobot seberat 3,2 kilogram malah menjadi kurus. Sehingga Suteja memutuskan untuk mengajaknya pulang paksa. “Daripada semakin kurus, dan penyakitnya tidak ada perubahan. Mending pilih pulang saja,” beber Suteja.

Tak sekedar itu, Anjani juga kerap dibawa ke dokter spesialis kulit, namun penaganan dan obatnya tetap sama, yaitu berupa salep. Demikian pula dengan pengobatan nonmedis sudah ditempuh. Termasuk pergi ke balian (dukun) mencoba mendiagnosis serta mengobati penyakit anaknya, tetapi tetap tak ada yang berhasil.

Bahkan, berdasarkan keterangan pihak dokter, jika anaknya mengalami kelainan genetik akibat perkawinan orangtuanya. “Katanya kelainan genetic karena saya menikah dengan sepupu dekat,” ungkapnya.

Lebih lanjut, seiring pertumbuhan Anjani justru penyakit kulit itu semakin parah. Kadang jari tangan anak tersebut melekat satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan jari di kakinya lengket akibat luka. Pun tak jarang pakaian yang dikenakan Anjani harus digunting karena nempel di kulit.

“Memang seperti itu kenyataannya, itu bentuk rambutnya tak rapi karena sering dicukur akibat nempel di kulit kepala,” terangnya.

Terebih yang membuat Suteja semakin kasihan ketika melihat anaknya sampai menahan saat buang air besar (BAB). Itu pun, bisa seminggu hanya BAB sekali. ” Duburnya luka. Pastinya sakit BAB. Jadi ditahan-tahan, ” tutur Suteja.

Ditambahkan, anaknya sudah mulai minder dengan kondisi tubuhnya. Anjani yang awalnya ingin bersekolah, ujung-ujungnya batal. Padahal orangtua sudah membelikan pakaian dengan harapan anaknya dapat terbiasa dan berinteraksi dengan teman sebayangnya terlebih pada lingkungan lainnya.

“Sekarang dia mulai mengerti malu kalau ketemu orang,” tandasnya. (W9-Soni)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.