Puluhan Tahun Hilang, Tradisi Siat Yeh Kembali Dibangkitkan

Badung Bali, Warta9.com – Pasca menjalankan ritual Nyepi, warga di Banjar Teba, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, melaksanakan tradisi Siat Yeh (siram air), Jumat (8/3).

Ketua Panitia, Anak Agung Bagus Cahya Dwi Janatha mengatakan, sebelumnya tradisi ini sempat hilang dalam 35 tahun terakhir dan baru dibangkitkan lagi sejak tahun lalu.

“Kali ini kita mengangkat tema, ‘Manadi Tunggal’ atau persatuan,” ujarnya.

Dijelaskan, acara diawali dengan pembagian dua kelompok, mereka berjalan terpisah ke arah barat dan timur. Ada yang menuju ke Pantai Jimbaran (barat), sementara yang lainnya berangkat ke rawa atau suwung yang berada di sisi timur banjar tersebut. Selanjutnya mereka mengambil mendak tirta (air) dari dua sumber berbeda untuk kebutuhan Siat Yeh.

“Usai mengambil mendak tirta, warga kembali berkumpul, di Jalan Raya di depan Balai Banjar Teba dengan diiringi gamelan Baleganjur,” jelasnya.

Namun, sebelum saling menyiramkan dua mata air laut dan suwung itu, para pemuda menyanyikan bait-bait sederhana berirama ala medolanan, atau bernuansa permainan anak-anak. Lagu sederhana yang berjenis sekar rare tersebut menceritakan keriangan warga yang tinggal di kawasan pesisir.

Kemudian, para pemuda saling menyiram air tersebut, yang sejak awal telah terbagi akhirnya saling berhadapan. Dimana tubuh muda-mudi di sisi barat dilumuri pasir, sedangkan di sisi timur dilumuri lumpur.

Sementara itu, Ketua Pelaksanaan Acara Siat Yeh, Wayan Eka Santa Purwita, apa yang digunakan dalam pagelaran itu merupakan simbolis yang berkaitan dengan sumber mata air yang mereka gunakan. Pasir sebagai lambang air dari laut, lumpur mencerminkan air yang diambil dari rawa atau suwung.

“Untuk makna lagunya, artinya kita hidup berdasarkan dari Ibu Pertiwi. Air kan simbol kehidupan, artinya kita mencari kehidupan bahwa tanpa air kita tidak bisa hidup,” terangnya.

Tradisi Siat Yeh diadakan berdasarkan daerah Jimbaran yang diapit oleh dua mata air. Yaitu, air laut dari sisi barat Pantai Jimbaran, kemudian air tawar dari sisi timur Suwung atau rawa untuk disatukan.

“Ini yang kita cari biar bisa menjadi satu. Artinya kita bisa menuju timur itu kepala’ dan kita menuju ke barat adalah ‘Kaki’. Jadi kepala dan kaki menyatu, kalau tidak ada kepala apa artinya kaki. Kalau tidak ada kaki apa artinya kepala,” pungkasnya. (W9-soni) 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.