Puskesmas Kutaraya OKI, Ajak Warga Ubah Kebiasaan Buruk ‘BAB’ di Sungai

Kayu Agung, Warta9.com – Kepala Puskesmas Kutaraya Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan, mengimbau warga setempat dapat merubah kebiasaannya buang air besar (BAB) di sungai. Hal itu menurutnya dapat berpengaruh pada penyebaran penyakit di lingkungan sekitar.

“Memang untuk merubah kebiasaan buruk itu sangat sulit, karena minimnya pengetahuan warga setempat, khususnya yang tinggal di bantaran Sungai” kata Kepala Puskesmas Kutaraya Dokter Isa Dwiyono saat melakukan Rapat Musyawarah dengan perangkat RT/RW di Kantor Kelurahan Mangunjaya, Senin (12/3/2018).

Dokter muda ini berharap, masyarakat Mangunjaya khususnya yang tinggal di bantaran sungai untuk mengedepankan pola prilaku hidup bersih dan sehat. Dengan permasalahan ini, Pihak Dinkes OKI telah melakukan inventarisasi tingkat kesehatan masyarakat disetiap Desa/Kelurahan, termasuk masalah kebiasaan turun-temurun dari masyarakat yang masih menggunakan jamban di sungai.

“Melakukan buang air besar yang tidak memenuhi syarat kesehatan sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit, termasuk kebiasaan jajan di pinggir jalan bagi anak-anak, karena bisa menjadi ancaman kesehatan dan pola hidup bersih dan sehat,” jelasnya.

Salah satu cara mengatasi hal tersebut, lanjutnya, masyarakat harus memiliki jamban sehat disetiap rumah,
“Perilaku membuang air besar sembarangan termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat, adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak-semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dapat mengkontaminasi lingkungan, tanah, air dan udara,” katanya.

Secara rinci dijelaskan Isa Dwiyono, permasalahan yang ditimbulkan dari buang air besar sembarangan, tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja. Sebagian di antaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela Typhi penyebab demam tifus, bakteri Vibrio Cholerae penyebab kolera, virus penyebab Hepatitis A, dan virus penyebab polio.

“Untuk merubah kebiasaan ini, beberapa kelurahan akan merencanakan pembuatan jamban secara swadaya, salah satunya dengan sistem arisan jamban,” terangnya.

Dilanjutkannya, wacana ini lantaran pihaknya pesimis dengan mengharapkan bantuan pemerintah dalam mengatasi persoalan jamban ini yang selalu menjadi permasalahan dari tahun ke tahun.

Secara teknis, Pihak Dinkes OKI hanya menyiapkan cetakan kloset. Untuk biaya pemasangan sekitar Rp 600-700 Ribu dibebankan kepada warga. “Instalasi yang direncanakan termasuk cetakan closet yang dipersiapkan oleh Dinas Kesehatan OKI,” terangnya.

Ketua Lembaga Pemantau Kebijakan Publik Kabupaten OKI Harry Putra mengaku miris dengan keadaan yang terjadi. Pemkab OKI mesti selektif dalam menggelontorkan dana Sanitasi Masyarakat (Sanimas) yang dianggarkan Miliaran setiap tahunnya.

Menurut bapak empat anak ini, seharusnya, dari mulai edukasi hingga pembuatan sarana MCK seperti jamban sudah kewajiban bagi Pemerintah untuk hadir dalam menyelesaikan persoalan ini.

“Secara Geogaris, letak Kelurahan Mangunjaya terletak di tengah Kota, sungguh keadaan ini harus menjadi perhatian semua pihak. Kalau dalam kota saja begini, bagaimana daerah yang jauh dari perkotaan,” pungkasnya. (W9-Indra)

banner 300250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.