Sanggahan Kolektif Seni Tubaba Terkait Berita Berjudul “Festival Purnama Tiyuh-tiyuh di Tubaba Dibuka”

Redaksi Warta9.com Selasa 26 April 2022, menerima surat dengan perihal Hak Koreksi dan Hak Jawab dari Kolektif Seni Tubaba yang beralamat di Kawasan Ulluan Nughik, Desa Panaragan Jaya, Kecamatan Tulangbawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung.

Surat berkop Kolektif Seni Tubaba itu dikirim melalui PWI Tulang Bawang Barat di tujukan kepada Kominfo Tulang Bawang Barat dan Pemimpin Redaksi Warta9 dengan nomor surat : 001/Sphj/KST/X/22.

Dalam surat tersebut menyampaikan Pengantar Hak Koreksi dan Hak Jawab terkait pemberitaan pada Warta9.com dan media lainnya atas berita pada tanggal 29 hingga 30 Maret 2022.

Berikut ini Redaksi Warta9.com muat Hak Koreksi dan Hak Jawab yang tertuang dalam surat tersebut.

Sanggahan Kolektif Seni Tubaba atas pemberitaan “Purnama Tiyuh-tiyuh” oleh Kominfo Tubaba dan jaringan medianya.
Beberapa waktu lalu Kolektif Seni Tubaba (Gabungan seniman Tubaba lintas disiplin & teritori) telah menggelar “Purnama Tiyuh-tiyuh,” sebuah gelaran kebudayaan yang bertujuan melatih warga Tubaba menciptakan ekosistem kebudayaan yang berkelanjutannya.

Setelah acara, di platform online, kami menemukan beberapa berita yang kami duga menyebarkan informasi tidak sesuai fakta. Ditulis dengan mengabaikan kaidah bahasa, lemah pengamatan, miskin verifikasi, yang ironisnya malah menyembunyikan substansi kegiatan atau fakta, gelaran budaya yang sedianya diinisiasi seniman atau masyarakat (bottom-up) yang menurut pemberitaan masih terkesan diinisiasi atau diselenggarakan oleh pemerintah atau dinas tertentu (top-down).

Informasi sebagaimana yang dimaksud pada mulanya kami temukan pada postingan instagram kominfo_tubaba. Captionnya memperlihatkan informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sebuah akun media sosial resmi lembaga pemerintahan memuat sebuah informasi yang ngawur. Meskipun sebuah caption instagram bukanlah karya jurnalistik, tapi jelas dalam setiap postingan caption kominfo_tubaba bertendensi menjadi sebuah berita singkat (straight news).

Informasi dimaksud adalah postingan bertanggal 29 Maret dengan tagline: “Bupati: Festival Seni dan Budaya Menjadi Salah Satu Jalan Terbentuknya Karakter Masyarakat yang Layak Tubaba”. Tak ada yang salah dengan tagline tersebut, namun bila kita telisik lebih jeli akan terlihat banyak kengawurannya.

Pada paragrap pertama saja telah salah menyebut konteks acara “Pagelaran Kesenian Budaya Tiyuh/Desa se-Kabupaten Tulang Bawang Barat atau yang disebut Purnama Tiyuh-tiyuh” kemudian tidak lengkap menyebut venue acara tertulis “Di Sesat Agung Komplek Islamik Center Kabupaten Setempat” (ejaan sesuai aslinya).

Sedangkan nama resmi venue acara “Sessat Agung Bumi Gayo Ragem Sai Mangi Wawai”, penyebutan nama lengkap tersebut penting sebagai informasi kepada khalayak umum, sekaligus penghormatan terhadap Federasi Marga Empat Tubaba, lembaga adat  yang telah memberikan nama tersebut melalui sebuah rapat adat (Peppung adat). Nama tersebut dibuat untuk digaungkan, bukan untuk disembunyikan. Tanpa menyebut penyelenggara acara, wajar jika postingan tersebut tidak paham konteks acara.

Padahal acara ini bukanlah semata pagelaran kesenian budaya desa se-kabupaten Tubaba (seperti yang tertulis), lebih dari itu kegiatan ini merupakan proses menciptakan atmosfir kebudayaan yang lebih komprehensif dan substansial. Panitia telah mengirim rilis resmi sebelum acara, dan telah pula disebar sebagai berita pada banyak media online. Oleh sebab itu, kekeliruan terhadap konteks acara sebagaimana yang dimaksud, kami percaya berasal dari kemalasan pihak terkait untuk membaca dan atau mengumpulkan informasi.

Setelah ditelusuri pada laman google, caption Instagram kominfo-tubaba bukanlah yang pertama mengunggah berita tersebut, media online nenemonews adalah yang pertama kali mengunggah berita dengan judul “Bupati Umar buka Pagelaran Purnama Tiyuh-tiyuh” (isinya plus kesalahan-kesalahan kaidah bahasa nyaris sama!). Instagram kominfo_tubaba baru mengunggah berita tersebut pada tanggal 29 Maret.

Pertanyaannya adalah apakah Instagram kominfo_tubaba mencaplok begitu saja berita nenemonwes? Kemudian berturut-turut Warta9 mengunggah berita pada tanggal 29 Maret, hingga 30 Maret, beberapa media online juga mengunggah berita yang sama, dengan judul berbeda.

Judul yang digunakan oleh Warta9 “Festival Purnama Tiyuh-tiyuh di Tubaba Dibuka” (ejaan asli) adalah judul yang keliru. Tidak ada Festival bermana Festival Purnama Tiyuh-tiyuh. Selain itu kolektif Seni Tubaba tidak sembarangan menyebut sebuah acara sebagai “Festival,” kami memiliki standar tersendiri untuk sebuah kegiatan layak disebut Festival. Merujuk pada festival-festival yang telah kami gelar (Sebagian bertaraf internasional!) proses festival memiliki cara kerja tersendiri.

 Sementara “Purnama Tiyuh-tiyuh” kami gunakan sebagai ruang latihan untuk membuat event kesenian yang lebih bergengsi, seperti festival yang biasa kami gelar.

Lebih parah lagi adalah kutipan pidato Bupati Tubaba. Kami pastikan kutipan terhadap pidato Bupati Tubaba bukan hanya tidak akurat, bukan pula diplintir beberapa kata tapi diganti dengan kalimat yang berbeda. Yang kami maksud dengan kalimat yang diganti adalah seperti berikut.

Pada berita tertulis “Kita sebenarnya sudah memfasilitasi tempat dan orang-orang yang bekerja untuk acara itu, namun ditahun ini memang masih dalam pandemik, Anggaran dan Pendapatan Belanda Daerah (APBD) Kabupaten juga sangat minim sehingga dengan hadirnya kolaboratir itu juga sangat membantu proses penyelenggaraan kegiatan ini, ungkapnya” (ejaan sesuai aslinya).

Faktanya kalimat ini tidak ada di dalam pidato Bupati, untuk memastikan silahkan menonton akun youtube TVRI Lampung Official. Pidato Bupati  dimulai pada menit ke 37:29 hingga 43:51, pidato berdurasi 6 menit 22 detik tersebut telah diplintir dengan hanya mengutip beberapa kalimat dan menghilangkan kalimat lain, yang sesungguhnya lebih faktual.

Ekspresi kekecewaan Bupati pada seorang kepala dinas terungkap dalam pidatonya “Tetapi memang saya kaget, sebagai Bupati Tubaba, ada program kebudayaan yang hilang, diputus, sayang saya hanya tinggal dua bulan, kalau tidak pasti ada yang berangkat. Hanya menukar sebuah anggaran dengan kepercayaan kita untuk masa depan, kita tidak pernah ada anggaran besar untuk melaksanakan pagelaran ini,” (dikutip secara verbatim).

Tugas Diskominfo di sebuah kabupaten adalah membantu seorang Bupati melaksanakan urusan pemerintahan dalam bidang komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik yang menjadi kewenangan daerah. Mungkinkah unggahan Instagram Kominfo Tubaba berniat dengan caranya sendiri mendinginkan suasana setelah pidato perwakilan kolektif Seni Tubaba secara terbuka mengecam hilangnya satu program kebudayaan, meskipun itu sudah dianggarkan? Pidato Bupati kemudian menegaskan hal yang sama.

Tapi apakah harus dengan cara memelintir pidato Bupati sedemikian rupa dan cara-cara kerja  jurnalistik yang sangat buruk?  Menghilangkan bagian tertentu pidato Bupati dan menambah kalimat lain yang secara faktual tidak bisa dibuktikan sama sekali tidak bisa dibenarkan.

Tindakan itu sama sekali tidak membantu mendinginkan situasi, tidak pula menambah seorang integritas Bupati secara pribadi maupun sebagai kepala daerah. Ada tendensi menghadirkan kalimat tersebut justru untuk menyembunyikan fakta bahwa seorang kepala dinas yang membidangi kebudayaan, dalam hal ini Kadisporapar tidak bisa menjalankan kewajibannya.

Tubaba telah memiliki dokumen Pokok-pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) yang bisa diakses oleh siapa pun di laman Kemendibud. PPKD dan program-program implementatifnya merupakan penerjemahan dari Undang-undang Pemajuan Kebudayaan yang telah disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, pada bulan Mei 2017.

Sementara Kementerian Dalam Negeri melalui radiogram Nomor 005/1094/ Bangda tanggal 15 Februari 2022 hal tindak lanjut PPKD dan Surat Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Riset dan Teknologi RI Nomor 0525/F1/KB.00.00/2022 tanggal 24 Januari 2022 menyatakan bahwa PPKD digunakan sebagai rujukan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) harus ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Dengan melihat substansi dari UU pemajuan kebudayaan, PPKD dan radiogram Kemendagri jelas bisa dipahami bahwa program kebudyaan sifatnya wajib dilaksankan. Meskipun di dalam sebuah kabupaten terjadi penggantian kepala daerah.

Fakta bahwa Kadispora Tubaba menghapus program kebudayaan strategis (Tubaba Art Festival 2022) adalah sebuah kesalahan. Dalam konteks itulah relevansi pidato Bupati bisa ditelusuri. Tapi sayangnya sejumlah pemberitaan bukan malah menelusuri pernyataan dalam pidato Bupati tersebut, malah menghilangkan substansi. Tindakan demikian berarti telah mengaburkan fakta kesalahan seorang dinas terkait dan kesalahan itu dibebankan pada Bupati.

Setelah acara “Purnama Tiyuh-tiyuh” Disporapar Tubaba berupaya menjalin komunikasi dengan para seniman dan budayawan untuk membicarakan penggantian kegiatan atau melanjutkan festival. Sayangnya Dinas Kominfo belum mencari informasi terkini dari persoalan tersebut. Pihak kolektif seni yang mencoba menghubungi kepala Dinas Kominfo terkesan disepelekan.

Kami sebagai panitia penyelenggara Purnama Tiyuh-tiyuh menyayangkan dengan tersebarnya berita yang tidak sesuai fakta tersebut. Padahal sebagai subjek kegiatan kami terbuka bekerjasama untuk membuat atmosfir paska acara menjadi lebih kondusif dan produktif.

Pada akhirnya kami menggunakan hak kami baik sebagai penyelenggara acara maupun sebagai warga negara Indonesia, bahwa artikel ini merupakan sebuah hak jawab dan harus dimuat dalam Instagram kominfo_tubaba (atau media pengganti yang sepadan) dan seluruh jaringan medianya, dengan batas maksimal 2×24 Jam dari artikel ini disampaikan. Kami juga menuntut pihak-pihak terkait untuk meminta maaf secara terbuka.

Kolektif Seni Tubaba adalah:
1. Sanggar Pakem
2. Sekolah Seni Tubaba
3. Garis Budaya
4. Tiyuh-tiyuh
5. Teater Klatak
6. Komunitas Film Tubaba
7. Mata Lensa
8. Komunitas Literasi Tubaba
9. Sanggar Tumang Rajou
10. Circus Art Show
11. Sekhar Bhumi
12. Dalam Studio Tubaba
13. Rahmat Coffee

Jawaban Hak Koreksi ;
Terkait dengan surat Hak Koreksi dan Hak Jawab dari Kolektif Seni Tubaba, Redaksi Warta9.com sudah melakukan Koreksi berita yang di tayangkan pada 29 Maret 2022.

Dimana judul sebelumnya Festival Purnama Tiyuh-tiyuh di Tubaba Dibuka”, menjadi “Purnama Tiyuh-Tiyuh Dibuka, Bupati : Saya Kaget Kegiatan Putus Ditengah Jalan”, dengan link: https://warta9.com/purnama-tiyuh-tiyuh-dibuka-bupati-saya-kaget-kegiatan-putus-ditengah-jalan/

Warta9.com menyampaikan permohonan maaf kepada Kolektif Seni Tubaba, karena tidak memuat Hak Jawab secara utuh dengan melakukan sedikit koreksi dengan berbagai pertimbangan. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.