Siapa Punya Nyali Ikuti Seleksi Sekda Tubaba

MENJELANG ahir jabatan Sekrekatris Daerah Kabupaten Tulangbawang Barat awal September mendatang, muncul perdebatan hangat tentang siapa yang akan menduduki kursi panglima ASN itu menggantikan Herwan Sahri, meski proses lelang masih akan dilakukan.

Sejumlah nama bermunculan. Riuh mengemuka diperbincangkan. Berbagai prediksi pribadi dicetuskan. Mulai dari calon kuat Sekda, hingga kandidat yang bakal menjadi kuda hitam. Para calon kandidat seolah-olah kampanye.

Beragam cara jualan ke publik sekda versi mereka dilakukan. Namun sejumlah kalangan menilai, tidak semua calon kandidat itu punya nyali untuk mengikuti seleksi. Meski mekanismenya kini lebih fair yakni melalui open bidding atau lelang jabatan.

“Kita akan lihat siapa pejabat yang punya karakter fighter jika proses open bidding dimulai nanti,” kata salah seorang warga Tulangbawang Barat yang kerap mengamati dinamika daerah kelahirannya, Rabu (19/8/2020).

Menurut dia, hal itu bukan berkaitan dengan ambisius atau terobsesi pada jabatan tertentu. Tetapi lebih dititikberatkan pada keberanian menguji dirinya sendiri. Tak heran jika pria berbadan subur ini lebih senang mengistilahkannya sebagai uji nyali.

“Orang juga tahu kalau kewenangan ada ditangan bupati. Tapi bupati itu hanya menunjuk satu dari tiga orang yang lolos seleksi. Nah, yang menentukan tiga orang itu kan pansel, gabungan akademisi atau pejabat provinsi,” ucapnya.

Dia berpandangan, dari sejumlah figur tersebut semuanya memiliki peluang yang sama. Lewat mekanisme open bidding, kualitas pejabat diuji, bukan sembarang orang. Artinya, sudah tidak musim lagi faktor kedekatan atau like and dislike.

Sebagai orang yang masih berusia muda, dia mengaku akan mengacungkan jempol kepada pejabat yang mau ikutan open bidding. Sebab itu menandakan mereka peduli terhadap generasi penerus bangsa.

“Kita anak bangsa ini butuh sauri tauladan. Butuh contoh. Kalau Sekda kita berkarakter pesimis, bermental tempe dengan dalih etika, bagaimana nasib kita nanti?,” ketus dia.

Menyangkut etika atau menghargai senioritas, menurut dia, tergantung niatannya. Alumni Universitas Bandar Lampung ini meminta agar semua pejabat yang telah dianggap ‘bapak’ itu meniatkan diri untuk memberi contoh kepada ‘anak’nya.

Sebagai aparatur birokrasi, sebutnya, dedikasi dan pengabdian merupakan dharma bhakti yang tidak perlu digembor-gemborkan. Sebagai PNS tentu harus komitmen mentaati perintah atasan. Artinya kemanapun atasan menempatkan untuk mengabdi, jawabannya selalu siap. (Jon/nan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.