Tiga Penyadap Getah Karet di Bengkulu Langsung Dapat Penghargaan dari Direktur PTPN VII

Bengkulu, Warta9.com – Tiga penyadap dengan produktivitas tertinggi di PTPN VII Unit Padangpelawi, Bengkulu diundang ke Kantor Sentral, Senin (21/12/2020). Mereka disambut Direktur PTPN VII Doni P. Gandamihardja dan menerima piagam penghargaan sebagai Penyadap Berprestasi 2020 Unit Padangpelawi.

Ketiganya adalah Agus Salim, Erna Tuti, dan Sunarti. Agenda spontan dilakukan dalam kunjungan kerja Doni yang didampingi SEVP Operation II PTPN VII Dicky Tjahyono ke Unit-Unit Kerja PTPN VII Wilayah Bengkulu. Ikut dalam rombongan, Kepala Bagian Tanaman, Wiyoso dan Kepala Bagian Teknik dan Pengolahan, Aris Afandi.

Doni sempat berbincang renyah dengan ketiga “pejuang” produksi itu. Kepada Agus Salim, Doni menanyakan berapa produktivitasnya dan bagaimana dapat mencapai produksi itu. Secara gamblang Agus Salim yang mendapat hancak di Afdeling 6 ini menyebut produktivitas per hari kerja 30 kilo gram.

Sedangkan akumulasi produksinya sebanyak 8.115 Kg per tahun. Tak kalah lancar, Erna Tuti dari Afdeling 1 mengaku mampu menghasilakan getah rata-rata 30 Kg per hari dan kalah 15 kilo gram produksinya dibanding Agus Salim. Sedangkan produktivitas Sunarti sebanyak 27 Kg/hari kerja dengan akumulasi produksi 7.225 Kg. “Ya, saya setelah shalat Subuh bersama suami langsung nyadap. Saya nggak tahu kok bisa hasilnya lebih baik dari orang lain. Mungkin karena saya hampir nggak pernah kesiangan, itu aja. Kalau yang lain-lain, kayaknya sama saja,” kata Erna Tuti tentang kiatnya menggapai produksi yang tinggi.

Kepada ketiga penyadap, Doni menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas kerja keras dan etos kerjanya. Ia berpesan agar kinerjanya ditingkatkan dan ditularkan kepada yang lain. Selain piagam, manajemen juga memberikan hadiah uang saku.
Unit Padangpelawi yang mengelola kebun dan pabrik karet menjadi agenda pertama kunjungan Direktur PTPN VII.

Sebelum meninjau kebun, Doni sempat mengecek kondisi pabrik yang mengolah karet SIR dan RSS. Kepada Heria Kusworo yang dipercaya menjadi Manajer di Unit Padangpelawi, Doni mewanti-wanti untuk menjaga aset perusahaan dan menjalankan prosedur kerja dengan standar yang ketat. Doni meminta kepedulian seluruh karyawan untuk ikut merasa memiliki setiap aset yang dipercayakan negara untuk dikelola.

Kepedulian, kata dia, bukan berbentuk sumbangan materi atau makanan, tetapi melakukan langsung, hal-hal yang kecil namun berarti untuk perusahaan, seperti ikut mengelap oli yang menempel di mesin, misalnya, adalah konkret dari rasa peduli.
“Perusahaan kita sedang berjuang bangkit. Ini butuh kepedulian dari semua insan PTPN VII. Bagaimana cara pedulinya, dari yang ringan-ringan saja. Kalau ada oli nempel di mesin, ya dilap. Kalau ada baut kendor, nggak usah nunggu lepas, segera perbaiki. Kita semua harus jadi teladan,” kata dia.

Dalam rangkaian kunjungan kerja dimaksud, Heria Kusworo juga memaparkan kinerja operasional Unit Padangpelawi. Ia mengatakan, secara umum pencapaian kinerja Unit Padangpelawi berhasil mencapai RKAP. Tetapi secara ketuntasan penggalian produksi masih belum maksimal. “Kami masih punya PR untuk mengejar atau menyelamatkan sekitar 20 persen potensi produksi yang belum tergali. Sampai saat ini potensi yang tergali baru 80 persen. Ada beberapa kendala, antara lain infrastruktur jalan yang rusak, curah hujan yang tinggi, dan ketersediaan rumah tinggal untuk penyadap karena lokasinya yang jauh. Itu yang utama,” kata dia.

Namun demikian, Heria berterima kasih kepada Direksi yang telah mengakomodasi usulan berkaitan dengan kendala tersebut. Antara lain, saat ini sedang dibangun beberapa unit rumah untuk penyadap dan perbaikan infrastruktur jalan.

Tentang prospek komoditas karet, Dicky Tjahyono, SEVP Operation II yang membidangi karet menyatakan karet harus menjadi profit leader di PTPN VII. Hingga saat ini, meskipun harga karet dunia masih belum menarik, tetapi secara hitungan bisnis masih menjanjikan. Ia mengatakan, karet olahan produksi PTPN VII masih memberikan keuntungan cukup signifikan. Rambatan kenaikan harga di masa pandemi, menurutnya menunjukkan prospek yang mempunyai masa depan.

“produksiyang kita hasilkan adalah karet yang ramah lingkungan. Kehadiran karet sintetik tidak bisa menggantikan karet alam. Yang kita harus perhatikan saat ini adalah bagaimana kita terus menekan harga pokok produksi. Caranya adalah dengan meningkatkan kapasitas, kompetensi, efektivitas, dan efisiensi,” kata dia. (W9-jam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.