Tukang Parkir jadi Pilihan Terakhir Safiudin Nafkahi Keluarganya

SEPANJANG Jalan di bilangan Bandar Lampung, dipadati kendaraan dengan sejuta aktifitas masyarakat. Jalan Kartini tampak padat merayap tak luput dari kemacetan, diseputaran pasar tengah dan pasar tradisional Bambu Kuning Kota Bandar Lampung yang berjulukan kota tapis berseri.

Terlihat petugas kepolisian melakukan rekayasa lalulintas satu arah guna meminimalisir dan menghindari kemacetan. Kendaraan roda dua dan roda empat memadati lokasi parkir diseputaran jalan.

Mataku tertuju pada sosok yang tak lagi muda. Diusia senjanya masih bertugas sebagai penjaga parkir dibilangan jalan Kartini Bandar Lampung. Rasa haru dan kagum memantik diriku untuk lebih jauh mengetahui rutinitas sosok tersebut.

Pria itu kelahiran Sumatra Barat, 64 tahun silam. bernama Safiudin, warga gunung Sari Bandar Lampung. Ia mulai hijrah dari tanah kelahirannya pada tahun 1991 lalu. Lelaki tua dengan tiga istri dan 6 orang anak. Pernikahan pertamanya dikarunia 2 orang anak, istri keduanya dikarunia 1 orang anak, Istri ketiganya dikarunia tiga orang anak.

“Dari Sumatra Barat, datang ke Lampung tahun 1991. Dulu saya dagang disini,” ucapnya tertunduk.

Saat ini dirinya tinggal bersama istri ketiganya ditemani putri bungsunya. Rutinitas istri ketiganya berdagang sayur keliling membantu sang suami menafkahi keluarganya. Tubuhnya bergetar saat berdiri, raut muka senjanya sepintas siapa sangka ia petugas parkir.

“Dulu saya berdagang ikat pinggang disini. Sekarang jaga parkir. Istri saya tiga dengan enam orang anak. Anak sudah menikah semua, ada yang tinggal di Jakarta. Kalau saya tinggal di gunung sari sini, ngontrak dengan istri ketiga dan ditemani putri bungsu,” ujarnya lirih.

Ia memulai aktifitasnya pagi hari, sampai sore hari. Penghasilan dalam sehari bekerja tak menentu. Kadang Rp50 ribu, kadang Rp35 ribu/ perhari.

“Kadang lima puluh ribu, kadang tiga puluh lima ribu, sudah setoran juga pak, sama “perhubungan” (seraya memegang bahu bajunya), gak tau namanya,” tambahnya.

Langkahnya mulai tertatih, tampak terlihat tubuhnya yang sudah mulai membungkuk termakan usia, namun semangatnya menunjukkan bahwa ia sosok pekerja keras dan taat beribadah.

“Masih puasa, kadang saya terapi diatas, biar sehat, banyak minum air putih, bisa tiga gelas saat saur, masih kuat sampai berbuka. Hasil bekerja buat mencukupi kebutuhan harian,” pungkasnya.

Oleh: Rozi Ardiansyah

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.