Wayang Kulit Semalam Suntuk di Pringsewu, Penonton Dapat Tuntunan “Pandawa Bangun Praja”

Pringsewu, Warta9.com – Peringatan Hari Wayang Nasional 2019 di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung diwarnai dengan pergelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk di halaman Pendopo Kabupaten Pringsewu, Kamis (7/11/2019) malam.

Menampilkan dalang Ki Gondo Suharno, S.Sn dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan lakon ‘Pandawa Bangun Praja’. Wayang kulit dihadiri oleh Bupati Pringsewu H.Sujadi dan Wakil Bupati Dr. H. Fauzi, SE, M.Kom, Akt., CA., C.M.A, beserta jajaran Pemkab Pringsewu, Ketua DPRD Pringsewu Suherman, SE. dan Wakil Ketua DPRD Rizky Raya, SH., MH, C.L.A. beserta sejumlah anggota DPRD Pringsewu, Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Provinsi Lampung Prof.Dr.Ir.Sugeng P.Hariyanto, M.Si., Ketua PEPADI Kabupaten Pringsewu Johannes Boimin, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Pringsewu Drs.H.Heri Iswahyudi, M.Ag., serta tokoh masyarakat setempat.

Bupati Pringsewu H.Sujadi dalam sambutannya mengucapkan selamat memperingati Hari Wayang Nasional 2019 kepada seluruh insan pedalangan dan para pecinta kesenian wayang di Kabupaten Pringsewu. “Kita patut berbangga karena kesenian wayang saat ini sudah diakui dunia sebagai warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur asli Indonesia, dan semakin berkembang, termasuk di Pringsewu ini,” katanya.

Dikatakan Sujadi, Pringsewu terdiri dari banyak suku bangsa dan semuanya hidup rukun dan harmonis. Dengan begitu beragamnya suku dan budaya yang ada di Pringsewu ini, kata dia, tentunya sudah menjadi kewajiban bagi Pemkab Pringsewu untuk membangun dan membina seluruh seni dan budaya yang ada di Pringsewu, termasuk seni dan budaya masyarakat asli Lampung. “Karenanya, Pemkab Pringsewu telah membangun beberapa rumah adat, yakni rumah adat Lampung Pepadun di Margakaya, rumah adat Lampung Saibatin di Pardasuka, dan rumah adat Jawa di Wates,” ungkapnya.

Bupati Pringsewu juga menyampaikan tentang proyek penterjemahan kitab suci Al-Qur’an ke dalam bahasa Lampung yang saat ini sedang dilaksanakan, sebagai salah satu upaya untuk melestarikan bahasa daerah.

Ketua PEPADI Provinsi Lampung Prof.Dr. Ir. Sugeng P.Hariyanto, M.Si, mengatakan, kesenian Wayang Kulit merupakan sebuah tontonan sekaligus tuntunan. Karena mengandung nilai-nilai kehidupan yang luhur, dimana dalam sebuah lakon selalu mengandung filsafat dan mengajarkan budi pekerti yang luhur. “Oleh karena itu, mari bersama-sama kita lestarikan kesenian wayang sebagai aset budaya bangsa yang sangat berharga,” ajaknya.

Dalam kisah wayang ini bagaimana seorang pemimpin membangun negara atau daerah. Tapi dalam proses perjalanan pemerintahan ada saja yang tidak suka dengan mengganggu pemerintahan. Seorang pemimpin dikisahkan seperti Pandawa, yang senantiasa menjaga kekompakan dan kesolidan. Semangat yang mereka junjung berjaya satu jaya semua.

Kuncinya bahwa persatuan dan kesatuan merupakan modal utama untuk mencapai tujuan pembangunan menciptakan keadilan dan kemakmuran bagi rakyatnya. (W9-jam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.