Secara tegas, Parosil mengakui bahwa penyelenggaraan pameran dan kontest bonsai yang mampu mendatangkan peserta dari luar daerah, khususnya dari Pulau Jawa dan Sumatera telah mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Kebun Raya Liwa (KRL) tempat dimana diselenggarakannya event tersebut.
Tak kalah penting, dengan diselenggarakannya pameran dan kontest bonsai tingkat nasional tersebut menurutnya telah mampu memacu ekononomi kreatif di kabupaten setempat, dan tanpa membebankan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Lambar.
Terpisah, Ketua PPBI Lambar dr. Widyatmoko Kurniawan, Sp.B., menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak, yang telah mendukung pelaksanaan pameran dan kontest bonsai sebagai salah satu bentuk upaya PPBI Lambar dalam mendukung pemerintah daerah dalam mempromosikan destinasi wisata, serta mendukung terwujudnya Lambar sebagai kabupaten konservasi.
Menurut dia, para pencinta seni bonsai yang tergabung dalam PPBI Lambar sudah sekitar 200 orang, yang tersebar di 15 kecamatan di kabupaten setempat, selain memang sudah memiliki koleksi bonsai mulai dari bakalan hingga sudah memiliki klas, para seniman bonsai di Lambar juga sudah banyak melakukan budidaya tanpa merusak hutan, dan menjadi salah satu mata pencaharian tambahan.
“Selain itu dengan adanya kontest dan pameran yang digelar juga mampu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menjual pot, hong (tempat pot), pupuk, kawat bonsai dan lain-lain, belum lagi yang mampu memanfaatkan momen untuk menjual bonsai bakalan hasil budidaya, sehingga secara langsung ini berdampak terhadap perekonomian masyarakat kita,” ujarnya.
Sekadar diketahui pameran dan kontest bonsai tersebut digelar sejak 4 Juli lalu, dan berakhir hari ini, Selasa (16/7), dengan jumlah kunjungan diperkirakan mencapai 6000 orang, berasal dari berbagai daerah. (*)