Rembuk Nasional APTISI, Rektor Universitas Teknokrat Paparkan Pemikiran untuk Kemajuan Pendidikan

banner 468x60

 

Rektor UTI HM. Nasrullah Yusuf paling kanan saat menjadi pembicara dalam Rembuk Nasional APTISI di Batam. (foto : ist)

Batam, Warta9.com – Rektor Universitas Teknokrat Indonesia (UTI) Dr. HM Nasrullah Yusuf, SE, MBA menjadi narasumber dalam Rembuk Nasional dan Rapat Pengurus Pusat-Pleno IV Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) di Hotel Nagoya Hill Batam, Jumat (14/2/2025).

Bacaan Lainnya
banner 300250

Tema besar yang diusung dalam rembuk Nasional APTISI “Bersama Mewujudkan Rumusan serta Pemikiran yang Terbaik untuk Kemajuan Pendidikan di Indonesia”.

Dalam paparannya, Rektor UTI Nasrullah Yusuf mengemukakan pentingnya dana abadi pendidikan untuk kampus swasta. Sejauh ini, hanya perguruan tinggi dengan akresitasi ”unggul” yang mempunyai dana abadi.

Menurut Nasrullah, dana abadi ini yang memungkinkan sumber daya manusia bisa bertahan dan nyaman bekerja di perguruan tinggi swasta. Dengan dana abadi inilah alokasi kebutuhan sumber daya manusia bisa dicukupi.

Karena keberadaan dana abadi bisa menjadi solusi peningkatan mutu sumber daya manusia di perguruan tinggi swasta.

Nasrullah juga menyoroti jika adanya pemekaran dalam konteks provinsi, akan tumbuh lebih banyak kampus di daerah. Jika selama ini perguruan tinggi swasta bersaing sehat dengan kampus negeri level provinsi, ke depan boleh jadi banyak kampus negeri di tiap kabupaten.

Maka itu, dibutuhkan kesiapan yang matang jika terjadi penambahan kampus negeri. Perguruan tinggi swasta mesti mengantisipasi ini sehingga bisa terus tumbuh dan berkembang.

Nasrullah juga menguraikan tentang kemanfaatan teknologi kecerdasan buatan dan metaverse untuk meningkatkan mutu pendidikan. Ia mengatakan, dengan teknologi ini, ujian skripsi mahasiswa bisa dilakukan dengan metaverse.

Pengembangan ilmu pengetahuan juga bisa disokong oleh pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan atau AI.

Rektor UTI menegaskan, AI sejauh beragam penelitian, tidak akan menggantikan peran manusia. Tetapi, manusia yang tidak berdaptasi dengan teknologi kecerdasan buatan boleh jadi akan tergantikan perannya dalam kehidupan.

“Jangan sampai pemerintah hanya memfokuskan kepada dosen perguruan tinggi negeri. Akan tetapi, regulasi yang tidak memungkinkan untuk itu. Kami meyakini dengan pendekatan ke depan pemerintah bisa ikut mengalokasikan bantuan untuk dosen kampus swasta,” ujar Nasrullah.

Ia mencontohkan pada tahun 1990-an di mana perhatian pemerintah kepada kampus negeri tinggi, ada usulan pengangkatan PNS bagi dosen swasta. Dengan istilah lain, dosen PNS/ASN yang diperbantukan di swasta.

Hal ini, kata Nasrullah, sangat memungkinkan supaya ada titik temu dan sisi keadilan secara proporsional kepada perguruan tinggi swasta.

Rapat dan pleno serta rembuk nasional APTISI ini diikuti perwakilan perguruan tinggi swasta antara lain dari Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Aceh, Sumatera Utara, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

APTISI adalah organisasi profesi yang beranggotakan seluruh perguruan tinggi swasta (PTS) dan seluruh Badan Hukum Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta (BHP-PTS) di seluruh Indonesia. APTISI pusat berkedudukan di Jakarta.

Pendiriannya ditetapkan dalam Musyawarah Nasional (Munas) Badan Musyawaran Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (BM-PTSI) IV yang diselenggarakan di Jakarta pada 1-3 Maret 1999.

Dalam munas diputuskan untuk mengubah nama organisasi yang dahulunya berbentuk “Badan Musyawarah” menjadi organisasi baru yang berbentuk asosiasi dengan nama Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI).

Dengan demikian, APTISI adalah organisasi baru yang secara historis mempunyai misi dan tujuan yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan tujuan organisasi BM-PTSI yang didirikan pada tahun 1984 di Jakarta.

APTISI telah terdaftar di Direktorat Jenderal Sosial Politik, Departemen Dalam Negeri (Depdagri) No. 123 tahun 1999/VIP.

APTISI mewakili aspirasi lebih dari 3.000 perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia. Selain berkomitmen menyusun program-program untuk memajukan PTS dan pendidikan nasional, juga memposisikan diri sebagai mitra kritis pemerintah dalam pembangunan bangsa baik yang berkaitan dengan dengan masalah pendidikan maupun masalah sosial kemasyarakatan.

Pada rapat pengurus pusat pleno kali ini, Nasrullah Yusuf selain kapasitas Rektor Universitas Teknokrat Indonesia, juga Dewan Penasihat APTISI Wilayah II Bandar Lampung. Ia didampingi Wakil Ketua Pengurus Harian Dr. H. Mahathir Muhammad, SE, MM yang juga Wakil Rektor Universitas Teknokrat Indonesia dan Hj Hernaini SS M.Pd (pembina Yayasan Pendidikan Teknokrat). (W9-jm)

Pos terkait