Yuhadi : Soal Nama Masjid Gak Usah Dipermasalahkan, Pelajari Syiroh Nabawiyyah

H.Yuhadi

Bandarlampung, Warta9.com – Rencana Gubernur Lampung Arinal Djunaidi membangun masjid di Enggal Bandarlampung dengan menggandeng Bakrie Grup, dengan nama Masjid Al Bakrie, mendapat tanggapan dari sejumlah kalangan. Terutama terkait nama masjid yang akan diberi nama Al Bakri yang merupakan konglometar asal Lampung ini.

Atas tanggapan tersebut, salah satu loyalis Gubernur Arinal juga Ketua DPD Partai Golkar Kota Bandarlampung H. Yuhadi, Selasa (1/10/2019), menyikapinya dengan bijak.

Yuhadi mengatakan, bahwa dirinya miris dan malu menanggapi komentar seniornya Andi Arief dan sahabatnya Rahmat Husein. Sebagai sesama muslim karena isu ini sangat sensitif terkait penamaan sebuah tempat ibadah yaitu masjid, Yuhadi sebagai muslim yang berfikir plural dan modern menerima perbedaan tapi bukan berarti membesar-besarkan yang tidak terlalu penting yaitu penamaan sebuah masjid.

Seharusnya sebagai putra Lampung, lanjut Yuhadi, harus bangga ada seorang dermawan yang mendermakan hartanya untuk membangun rumah ibadah. “Ini kok malah aneh dan tidak setuju. Alangkah banyak nama masjid dan musholla di Lampung dan Indonesia menggunakan nama orang yang membangun, termasuk nama Musholla yang ada di Enggal, nama mantan Gubernur,” ujar Yuhadi.

Anggota DPRD Bandarlampung lalu menberi contoh melihat kebelakang tentang pendirian masjid-masjid mulai dari zaman Nabi sampai sahabat. “Maaf bukan untuk membandingkan apalagi menyandingkan,“ ujar Yuhadi.

Pada zaman Nabi dan sahabat adalah sebuah zaman keemasan umat Islam yang tidak ada bandingnya. Tapi paling tidak bisa menjadi teladan buat kita sebagai umatnya. “Sebagai contoh Nabi Muhammad membangun sebuah masjid, jika saudaraku Andi Arief lupa tentang siroh Nabawiyah saya hanya mengingatkan. Jika tidak tau sekalian saya mewakafkan ilmu saya tentang itu,” ujar Yuhadi.

Dalam syiroh Nabawiyyah, Nabi pernah membangun masjid yaitu Masjid Nabawi, salah satu masjid terpenting yang terdapat di Kota Madinah, Arab Saudi. Karena dibangun oleh Nabi Muhammad SAW dan menjadi tempat makam beliau dan para sahabatnya. Masjid ini merupakan salah satu masjid yang utama bagi umat Muslim setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjidil Aqsa di Yerusalem. Masjid ini juga merupakan masjid terbesar kedus di dunia, setelah Masjidil Haram di Mekkah.

“Masjid Nabawi adalah masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW, setelah Masjid Quba yang didirikan dalam perjalanan hijrah beliau dari Mekkah ke Madinah. Masjid Nabawi dibangun sejak saat-saat pertama Rasulullah SAW tiba di Madinah, ialah di tempat unta tunggangan Nabi SAW menghentikan perjalanannya. Lokasi itu semula adalah tempat penjemuran buah kurma milik anak yatim dua bersaudara Sahl dan Suhail bin ‘Amr, yang kemudian dibeli oleh Rasulullah SAW untuk dikembangkan masjid dan tempat kediaman beliau,” cerita Yuhadi.

Ia melanjutkan, awalnya, masjid ini berukuran sekitar 50 m × 50 m, dengan tinggi atap sekitar 3,5 m Rasulullah SAW turut membangunnya dengan tangannya sendiri, bersama-sama dengan para sahabat dan kaum muslimin. Tembok di keempat sisi masjid ini terbuat dari batu bata dan tanah, sedangkan atapnya dari daun kurma dengan tiang-tiang penopangnya dari batang kurma. Sebagian atapnya dibiarkan terbuka begitu saja. Selama sembilan tahun pertama, masjid ini tanpa penerangan di malam hari. Hanya di waktu Isya, diadakan sedikit penerangan dengan membakar jerami.

Kemudian melekat pada salah satu sisi masjid, dibangun kediaman Nabi SAW. Kediaman Nabi ini tidak seberapa besar dan tidak lebih mewah dari keadaan masjidnya, hanya tentu saja lebih tertutup. Selain itu ada pula bagian yang digunakan sebagai tempat orang-orang fakir-miskin yang tidak memiliki rumah. Belakangan, orang-orang ini dikenal sebagai ahlussufah atau para penghuni teras masjid.

Setelah itu berkali-kali masjid ini direnovasi dan diperluas. Renovasi yang pertama dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab  pada tahun 17 H, dan yang kedua oleh Khalifah  Utsman bin Affan pada tahun 29 H.

Di zaman modern, Raja Abdul Aziz dari Kerajaan Saudi Arabia meluaskan masjid ini menjadi 6.024 m² pada tahun 1372 H. Perluasan ini kemudian dilanjutkan oleh penerusnya, Raja Fahd  pada tahun 1414 H, sehingga luas bangunan masjidnya hampir mencapai 100.000 m², ditambah dengan lantai atas yang mencapai luas 67.000 m² dan pelataran masjid yang dapat digunakan untuk salat seluas 135.000 m². Masjid Nabawi kini dapat menampung sekitar 535.000 jamaah.

Satu bagian Masjid Nabawi terkenal dengan sebutan Raudlah (taman surga). Doa-doa yang dipanjatkan dari Raudlah ini diyakini akan dikabulkan oleh Allah SWT. Raudlah terletak di antara mimbar dengan makam (dahulu rumah) Rasulullah SAW. “Dari syiroh Nabawiyyah itu dapat kita ambil pelajaran, Masjid terbesar di Madinah itu, dinamakan Masjid Nabawi karena yang membangun Nabi,” ujar Yuhadi. (W9-jam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.