Kematian Ibu dan Anak Masih Tinggi, Derajat Kesehatan Masyarakat Lampung Memprihatinkan

Bandarlampung, Warta9.com – Menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung sejak tahun 2012, Dr. dr. Hj. Reihana, MKes, tidak membawa perubahan yang signifikan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat Lampung.

Dari masalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), saja masih tinggi dan ketinggalan dengan Provinsi tetangga Bengkulu. Artinya derajat kesehatan masyarakat Lampung masih memprihatinkan.

Padahal, kasus AKI dan AKB merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara. Apabila AKI dan AKB nya kecil maka bisa dikatakan status kesehatan negara tersebut baik, dan begitupun sebaliknya apabila AKI dan AKB tinggi di suatu negara maka hal tersebut yang perlu diperhatikan oleh pemerintah.

Begitu juga di daerah, bila kasus AKI dan AKB kecil, maka status kesehatan daerah baik. Bila kasus AKI dan AKB masih tinggi, maka derajat kesehatan warganya masih buruk dan wajib menjadi perhatian pemerintah. Di Provinsi Lampung dekade 2015-2019 kasus AKI dan AKB masih tinggi. Angka kematian ibu sebesar 130 kematian dari 154.967 jumlah kelahiran hidup.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung yang dipimpin Dr. dr. Hj. Reihana, MKes, menempatkan Tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi menjadi isu pokok pembangunan kesehatan Provinsi Lampung baik program 2015-2019 dan program 2020-2024.

Dengan data tersebut, secara tidak langsung Kepala Dinas Kesehatan mengakui, masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Lampung. Contoh data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2015 menunjukkan bahwa angka kematian ibu sebesar 130 kematian dari 154.967
jumlah kelahiran hidup. Kasus kematian bayi lebih besar lagi. Kasus itu, jauh dari target MDGs dalam menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup masih jauh untuk tercapai.

Sedangkan angka kematian bayi dan Balita di Lampung masih tinggi dan pernah mencapai 1097 kasus. Contoh data BAPPENAS dan UNICEF: Di Provinsi Lampung 2015, Setiap 1.000 kelahiran hidup, 58 bayi dan balita meninggal yaitu 20 bayi yang baru lahir meninggal pada bulan pertama kehidupan dan 38 meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun.

Kadiskes Reihana bersama jajarannya menyusun program kesehatan di Provinsi Lampung dengan harapan kasus Kematian Ibu akan turun menjadi 110 kasus, Kasus Kematian Bayi diharapkan akan turun menjadi 520 kasus. Selain itu, Dinkes Lampung juga melakukan prevalensi stunting diharapkan akan turun menjadi 16.78%.

Program-program itu dirancang, dengan indikator yang akan dicapai menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.000 kelahiran hidup pada Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019

Kondisi berbeda yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Bersama-sama stake holders terkait, Dinkes Sumut berhasil menekan Kematian Ibu dan Anak dan pada tahun 2019 mulai membaik 59,16 per 100.000 kelahiran hidup.

Di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) kasus kematian ibu dan bayi juga tinggi. Data BKKBN Sumatera Selatan angka kematian bayi di Sumsel, pada saat persalinan meningkat. Di Tahun 2019 dari 1.000 kelahiran terdapat 41 bayi meninggal dunia. Angka ini terus meningkat dari tahun sebelumnya, dimana 29 per 1.000 kelahiran yang hidup.

Kondisi berbeda di Provinsi Bengkulu Bengkulu, tahun 2019 kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup 10. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) 8 per 1.000 kelahiran hidup. Begitu juga dengan AKB tahun 2016 dari 10 pada tahun 2019 menjadi 8 per 1000, di bawah rata-rata nasional.

Diketahui, target SDGs penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah kurang dari 25 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2030. AKB 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.

Menurut Ketua Komite Ilmiah International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH), Meiwita Budhiharsana, hingga tahun 2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Padahal, target AKI Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Jadi pelayanan kesehatan makin buruk, karena kasus AKI dan AKB masih tinggi. (W9-jam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.