Kepalo Tiyuh Karta Sari Minta Pengelola BUMT Tunjukan Bukti Laporan Sejak Tahun 2015

Panaragan, Warta9.com – Carut marutnya pengelolahan Badan Usaha Milik Tiyuh (BUMT) di Tiyuh Karta Sari membuat kepalo Tiyuh/desa setempat geram, pasalnya dari tahun 2015 hingga 2018 belum ada laporan secara tertulis.

Hal itu diketahui dalam rapat yang digelar di Balai Tiyuh Karta Sari, Kecamatan Tulangbawang Udik, Kabupaten Tulangbawang Barat, Senin (03/12/2018). Rapat tersebut dihadiri Kepalo Tiyuh Turunan Mega, Pengurus BUMT dan Badan Pemerintah Tiyuh (BPT), warga yang meminjam serta Pendamping Desa.

“Mengingat banyaknya laporan warga terhadap pengelolaan BUMT yang kurang trasparan dan diduga di salah gunakan, maka pihak Tiyuh lakukan Rapat evaluasi kerja,” jelas Turunan Mega, Kepalo Tiyuh karta Sari usai memimpin rapat.

Tujuan rapat ini, lanjutnya, ingin mengetahui yang sebenarnya, kemana dan dimana uang yang di kelola BUMT Tiyuh Karta Sari sejak tahun 2015 – 2018. Hal itu mengingat uang yang dikelola adalah uang Negara.

“Kita tunggu hingga dua hari kedepan (Rabu) kepada pihak pengelola BUMT untuk bisa memberikan laporan secara tertulis, siapa yang meminjam, siapa yang belum bayar dan berapa uang yang dipinjamkan. Jika perlu saya akan turun langsung untuk cek kebenarannya,” tutup Minak sapaan akrab Kepalo Tiyuh Karta Sari tersebut.

Ditempat yang sama, Lina selaku bendahara BUMT memaparkan, bahwasannya ditahun 2015 kepalo tiyuh memberikan modal Rp20 juta untuk modal usaha, namun dikarenakan usaha tidak berjalan maka BUMT mengalami kerugian sekitar Rp16 juta lebih.

Kemudian, masih kata Luna, ditahun 2016, BUMT kembali mendapatkan dana Rp 75 juta dan ditahun 2017 mendapatkan Rp18 juta, jika ditotal dana tersebut mencapai Rp96 juta lebih. “Kemudian dana tersebut kami pinjamkan ke warga yang memiliki usaha (warung),” papar Lina.

Terpisah, Mang Ica saat dimintai keterangan mengatakan selama ini pengelola BUMT tidak trasparan, bahkan siapa yang pinjam, siapa yang pakai kami selaku BPT maupun warga sekitar tidak mengetahuinya makanya kami adukan ke kepalo.

“Ini yang sangat kami sayangkan BUMT yang seharusnya transparan malah tertutup bahkan terkesan ditutup-tutupi, mulai siapa saja yang meminjam hingga berapa sisa uang tersebut, yang lebih miris lagi ada satu orang yang meminjam dana tersebut mencapai Rp40 juta lebih,” tutupnya. (W9-Hadi)

Pos terkait