Kuliah Umum di Teknokrat, Ketum APTISI Beberkan Tantangan yang Dihadapi Perguruan Tinggi

Ketua Umum APTISI M Budi Djatmiko tukar cinderamata dengan Rektor Universitas Teknokrat Nasrullah Yusuf. (foto : ist)

Bandarlampung, Warta9.com – Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) pusat Dr. Ir. M. Budi Djatmiko, MSi, MEi, menyoroti masalah sumber daya manusia (SDM) dari masa ke masa.

“Salah satu persoalan yang dihadapi kampus dunia nanti mahasiswa tidak mau ke kampus tapi mau nilai bagus. Karena terjadi perubahan sistem pendidikan sekarang dengan you tube, e-learning dan lain-lain. Maka yang harus dipersiapkan oleh perguruan tinggi kurikulum dan metode pengajaran yang akan dilakukan,” kata M. Budi Djatmiko, dalam kuliah umumnya pada acara Home Coming 2019 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Teknokrat Idonesia, di Gelanggang Mahasiswa kampus setempat, Sabtu (16/11/2019) malam.

Ketua Umum APTISI ini lebih lanjut membedah tahun generasi atau katagori manusia dengan perubahannya. Budi Djatmiko mengatakan ada lima generasi berbeda yang dialami sekarang ; 1. Generasi Tradisionalist tahun 1925 – 1945. 2. Generasi Baby Boomers 1945-1964. 3. Generasion X 1965-1979. 4. Generasi Millennials 1980-1999 dan 5. Generasi Z 2000-2012.

Budi Djatmiko melanjutkan, kini kita sedang di Era Revolusi Industri 4.0. Ada revolusi industri pertama, kedua, ketiga dan keempat. Revolusi industri kedua penemuan listrik.

Era revolusi industri ketiga yaitu semua teknologi era komputer. Sekarang revolusi industri ke empat semua menggunakan android dan serba digital. “Ini semua terjadi karena industri cerdas untuk memenuhi kebutuhan anak-anak milenial. Semua ingin berubah. Perubahan sangat terasa dirasakan masyarakat,” kata Budi.

Atas perubahan era tersebut, maka secara ekonomi sangat berpengaruh. Ekonomi di Indonesia banyak dikuasi oleh pengusaha Cina dan negara maju. Begitu juga pengaruh sosial sangat dirasakan. Dimana kehidupan masyarakat sekarang semua berubah.

Lebih lanjut Budi Djatmiko mengingatkan kepada lembaga pendidikan, dimana generasi milenial dan Genetasi “Z” tidak mengejar pendidikan tinggi. Kondisi ini mengkhawatirkan bagi perguruan tinggi di dunia. Tapi, kehebatan generasi Z ini, kadang mengalahkan dosen karena dia lebih canggih dalam penggunaan teknologi.

Tapi yang perlu dicatat, bahwa generasi tua atau masyarakat tradisional sangat tangguh. Karena mereka sudah terlahir dan terdidik dengan kondisi yang ada.

Nantinya, lanjut Budi Djatmiko banyak hal yang dilakukan oleh generasi Z antara lain:
1. Gampang bosan terhadap barang yang dibeli.
2. No Gadget no Life
3. Hobi melakukan pembayaran non cash.
4. Suka dengan yang serba cepat dan instan.
5. Memilih pengalaman dari pada aset.
6. Berbeda perilaku dalam grup satu dan yang lain.
7. Jago multitasking.
8. Kritis terhadap fenomena sosial
9. Dikit-dikit posting

Menghadapi kondisi ini, lanjut Budi Djatmiko, maka perguruan tinggi termasuk Universitas Teknokrat harus berpikir ulang dalam menerapkan kurikulum. Dosen dalam menerapkan pengajaran harus mampu berpikir kreatif dan inovatif. Sehingga hasil dari pendidikan perguruan tinggi lulusannya mampu mengatur orang atau mempunyai kemampuan managerial.

Sementara itu, Rektor Universitas Teknokrat Indonesia Dr. HM. Nasrullah Yusuf, SE, MBA mengatakan, Teknokrat sebagai lembaga Pendidikan Tinggi selalu melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Nasrullah mencontohkan, beberapa hari lalu mahasiswa Teknokrat juara nasional dalam lomba inovasi di UNY. Ini menunjukkan bahwa Universitas Teknokrat Indonesia selalu melakukan inovasi dalam menjawab tantangan zaman. (W9-jam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.