Menakar Kohabitasi Akbar Tandjung untuk Pencapresan Anies Baswedan, oleh : Wendy Melfa*

Pengantar

Warta9.com – Dua hari berselang pasca deklarasi Anies Rasyid Baswedan yang saat ini menjabat Gubernur DKI Jakarta oleh Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh di Nasdem Tower Jakarta. Kembali jagad politik tanah air “dimeriahkan” oleh “statemen” bang Akbar Tandjung tokoh senior Partai Golkar yang saat ini sebagai Ketua Dewan Kehormatan DPP Partai Golkar saat menghadiri peresmian relokasi Monumen 66 di kawasan Menteng Jakarta.

Sontak dukungan moral yang disampaikan bang Akbar Tandjung dalam sambutan yang disampaikan pada acara tersebut beredar cepat di genggaman warga net melalaui media sosial dengan berbagai reaksi pembacanya, ada yang santai membaca seolah “paham” dengan gaya politik seorang Akbar Tandjung, ada yang menggaruk kepala seolah bingung tanpa berkata-kata, ada juga yang bereaksi emosional entah karena kurang paham atau karena mencoba mencari tahu posisi political standing-nya bang Akbar Tandjung (AT), mengingat posisinya beliau di Partai Golkar yang dalam Munas dan Rapimnas telah memutuskan akan mencalonkan Ketua Umum DPP Partai Golkar (PG), Airlangga Hartarto sebagai calon Presiden dari Partai Golkar.

Namun ada juga yang membacanya tersenyum seolah memaklumi dukungan moral bang AT mengingat antara bang AT dan Anies Rasyid Baswedan (ARB) punya “kedekatan kultural” sebagai sesama Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI). Sampai titik ini, warga net ada pada persimpangan, akan mengarahkan sikap ke arah mana dalam membaca berita dukungan moral bang AT kepada ARB. Untuk itu, dibutuhkan “kearifan” yang tidak biasa-biasa agar bisa pada arah yang mendekati untuk bisa masuk katagori memahami, ehm.

Diksi kohabitasi (cohabitation) dimaknai sebagai berhadapan dalam terminologi politik pada tulisan ini mensuratkan sesuatu keadaan yang bertolak belakang atau berhadapan secara tersirat. Seperti diilustrasikan diatas, tentu bang AT memberikan dukungan moral tersebut, dengan kapasitas dan senioritasnya di kancah perpolitikan nasional tentu akan menimbulkan reaksi, tanggapan, dan bahkan lainnya yang kemudian dalam maping politik akan dapat menimbulkan posisi yang “berhadapan”, bila kurang dipahami.

Lugas Mem-posisi-kan
Ace Hasan Syadzily, salah satu Ketua DPP PG dengan lugas menyatakan bahwa dukungan (moral) bang AT kepada ARB Gubernur DKI bukan dalam kapasitas sebagai politikus Partai Golkar, tetapi sebagai senior Kahmi, karena ARB adalah anggota Kahmi (Merdeka.com, 6/10). Bahkan juga Wakil Ketua Umum DPP PG, Ahmad Doli Kurnia Tandjung juga berusaha menengahi hiruk pikuk persepsi dukungan moral bang AT dengan menegaskan, bahwa Ketua Dewan Kehormatan DPP PG masih konsisten dengan keputusan Munas dan Rapimnas Golkar yang memutuskan Airlangga Hartarto sebagai calon Presiden. Selanjutnya Doli menuturkan: “sebetulnya, itu hanya pernyataan normatif saja. Bicara soal tanggapan seorang tokoh menanggapi pencapresan seseorang. Sebatas seperti mengucapkan selamat saja (kepada Anies),” (Republikmerdeka, 5/10).

Tanggapan ini dapat dinyatakan mewakili suara DPP PG untuk mengantisipasi persepsi yang dapat “terbelah” sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu soliditas PG dalam mensikapi keadaan. Sekaligus juga menegaskan bahka PG mempunyai tradisi yang sistemik dalam mengantisipasi persoalan, pun termasuk bagaimana menjaga marwah soliditas partainya untuk menjaga dan merawat segala keputusan partainya, juga termasuk bila ada “perubahan” keputusan politik tidak diambil secara personal, tetapi dengan pendekatan mekanisme partai, untuk ini tidak perlu diragukan lagi.

Partai Golkar telah teruji dalam mengarungi bahtera perpolitikan di tanah air, juga sosok bang AT yang juga selalu piawai dan teruji. Mantan Ketum PG yang saat ini Ketua Dewan Kehormatan DPP PG, paham bagaimana harus memposisikan keputusan PG, insya Allah, yakin. Ikatan emosional sesama anggota Kahmi menjadikan bang AT dan ARB saling mengapresiasi, mendukung, care, mendoakan dll, karena secara kultural merasa ada “kedekatan”. Hal ini wajar, lumrah, dan biasa (kalaupun tidak mau disebut wajib) sesama anggota Kahmi, bukan saja antara bang AT dan ARB, jutaan alumni Kahmi di Tanah Air juga melakoninya, dan ada banyak sesama anggota Kahmi yang terbiasa “berdampingan” meskipun pada kiprah dan tempat yang “berbeda”, terkadang juga pada perspektif kepentingan yang tidak sama, namun ukhuwah diantaranya tidak saling mengabaikan, yang memang potensinya sebagai keluarga besar Kahmi tidak bisa diabaikan begitu saja.

Makna Sesungguhnya
Makna sesungguhnya dari “dukungan” moral bang AT kepada Gubernur DKI, ARB dalam pencapresan yang akan mengikuti konstestasi calon Presiden 2024 yang akan datang, sesungguhnya mutlak hanya Allah Yang Maha Tahu, juga bang AT yang saat itu melafaskan dalam sambutannya. Namun sosok dan pengalaman bang AT dalam kancah perpolitikan nasional bukanlah hal yang kaleng-kaleng serampangan bisa ditafsirkan, termasuk telalu sarkasme kalau menilai bang AT berpolitik dua kaki. Walau semua kembali pada kebebasan nitizen untuk mempersepsikannya, tapi manakala kebebasan itu diikuti dengan mencoba memahami dengan membandingkan dengan pengalaman bang AT, maka “kesepahaman” jua lah yang akan kita dapatkan dari dukungan moral seorang Ketua Dewan Kehormatan DPP PG, bang AT kepada ARB dalam pencalonannya sebagai Capres 2024 melalui sambutannya pada acara peresmian relokasi Monumen 66 di kawasan Menteng Jakarta. (*Direktur Badan Saksi Nasional Partai Golkar untuk Provinsi Lampung Anggota Dewan Pakar MPW KAHMI Lampung)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.