Pelatihan FKPPIB, Ketua PWI: ‘Berani Gagal Diusia Muda’

Bandarlampung, warta9.com – Ketua PWI Lampung Wirahadikusumah  mengaku pernah ditantang untuk berani gagal di usia muda. Hal itu disampaikan Wirahadikusumah saat meberikan materi pada pelatihan kepemimpinan yang digelar Forum KPPIB, di Gedung Serba Guna PTPN VII, Rabu (16/2/22).

Dalam pelatihan Forum Komunikasi Putra-Putri Indonesia Bersatu itu, menghadirkan empat narasumber, yakni Ketua PWI Lampung Wirahadikusumah, Ketua Serikat Pekerja PTPN VII Moehammad Baasith, Anggota DPD RI asal Lampung Jihan Nurlela, dan Eka Sukmawati, Area Manajer Lampung PT Kimia Farma tbk.

Bacaan Lainnya

Sekretaris Perusahaan PTPN VII Bambang Hartawan mengapresiasi terbentuknya FKPPIB yang mewadahi kaum milenial anak-anak karyawan BUMN. Meski belum lama dibentuk, kata Bambang, pergerakan dan aktivitasnya sudah cukup masif dan konstruktif, ujarnya sekaligus membuka pelatihan itu.

“Saya salut karena walaupun baru dibentuk dua bulan lalu, tetapi kegiatannya sudah banyak. Pergerakannya juga cukup massif dengan dukungan publikasi yang luas,”

Bambang juga meminta FKPPIB dengan segenap pengaruh dan potensinya harus berperan aktif bagi stakeholder, terutama perusahaan tempat orang tuanya bekerja.

“Peran aktif para anak karyawan BUMN, kata dia, bisa sangat luas, mulai dari ikut membangun citra positif, menjadi mitra berbagai even, hingga membantu mengamankan aset sehingga situasi usaha kondusif,” pintanya.

Sementara itu, dalam materinya Ketua PWI Lampung Wirahadikusumah memberikan berbagai tantangan.

Wira mengambil sample dirinya sendiri yang menjadi Ketua PWI tingkat Provinsi termuda se Indonesia, Wira mengaku terlecut dan terinspirasi dari mentor koleganya, yakni Dahlan Iskan. Ia mengaku ditantang mantan Menteri BUMN itu untuk menjajal gagal di usia muda.

“Saya dipacu oleh Pak Dahlan Iskan untuk gagal di usia muda. Sebab, kata Pak Dahlan, gagal itu dekat dengan sukses. Dengan demikian, jika berani gagal, maka sebentar lagi sukses. Dan itu sudah saya buktikan,” kata dia.

Meskipun demikian, berani saja tidak cukup. Sebagai pendamping rasa berani adalah kompetensi. Menurut dia, berani tanpa kemampuan atau kompetensi adalah kecerobohan dan lebih dekat dengan istilah bunuh diri.

“Untuk sukses dan maju, Anda harus punya tantangan. Bikinlah tantangan yang besar, tinggi, dan hebat agar kita termotivasi. Kita harus berani karena keberanian adalah tangga menuju sukses. Tetapi, berani yang perhitungan. Kita harus punya pengalaman, ilmu, dan keterampilan,” tambah dia.

Di sesi kedua, Moehammad Baasith tak kalah atraktif. Ketua SPPN VII yang juga Manajer PTPN VII Unit Waylima ini mengkombinasikan metode pemaparan materi dengan memutarkan beberapa film pendek berisi ilustrasi-ilustrasi kepemimpinan.

Menurut Baasith, selain berbagai kriteria kepemimpinan yang secara teori tersebar di semua materi kuliah, beberapa kompetensi seorang pemimpin harus ditambahkan. Antara lain, soal spiritualitas seorang pemimpin yang akan mengantarkan elemen yang dimpimpinnya sukses dunia akhirat. Demikian juga dengan kompetensi yang bersifat soft skill dan tidak ada sekolahannya dan tidak ada gurunya.

“Seorang pemimpin harus bisa bekerja sama secara saling menguntungkan di tengah kepemimpinannya. Masalah di perusahaan, organisasi, dan institusi yang ada struturnya relatif lebih mudah mengendalikan karena ada ikatan. Nah, yang nggak ada sekolahnya itu bagaimana pemimpin dalam hubungannya dengan dunia luar. Seorang harus bisa menjadi wasit yang adil,” kata dia. (**)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.