Kolaborasi Ilmu Pengetahuan Sangat Menguntungkan Dalam Pendidikan

Bandarlampung, Warta9.com – Guru besar dari Fatoni University Thailand Prof. Dr. Sukree Langputeh mengatakan, bahwa kolaborasi ilmu pengetahuan sangat menguntungkan dalam pendidikan.

Padangan itu dikemukakan Prof. Sukree Langputeh, saat menjadi pembicara utama dalam Internasional Conference, yang digelar Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Raden Lampung, di Hotel Emersia Bandarlampung, Sabtu dan Minggu (9-10/11/2018).

Sukree dalam kesempatan ini membahas tentang integrasi pengetahuan pada pendidikan di perguruan tinggi. Sukree Langputeh menyatakan, bahwa kolaborasi ilmu pengetahuan sangat menguntungkan dalam pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi.

“Kolaborasi memungkinkan kita untuk mencapai tujuan dengan hasil lebih baik dan dalam waktu yang relatif lebih singkat,” katanya.

Sementara itu, Muhammad Haseeb, Ph.D, dari Taylors University Malaysia, membahas masalah keterkaitan ketahanan lingkungan pada revolusi industri ke-4 (4.0).

Menurut Haseeb, ciri khusus revolusi industri 4.0 (abad ke 21) adalah penggunaan kecerdasan buatan yang dipadukan dengan Internet of Things (IoT), Cloud computing system dan big data.

Teknologi yang melibatkan kerjasama banyak pihak berperan besar dalam revolusi industri 4.0 ini.

Pada penelitiannya yang dilakukan di SME Malaysia, Haseeb menemukan bahwa faktor-faktor yang paling berpengaruh pada kemajuan ekonomi pada era industri 4.0 ini terletak pada performa lingkungan kerja dan inovasi proyek.

Sementara itu, Dr. Abdurrahman, MSi, dari FKIP Unila mengatakan, miris melihat hasil literasi sains yang didapatkan oleh siswa Indonesia di ajang bergengsi seperti PISA dan TIMSS. Kondisi ini, menggerakkan para pendidik di Indonesia untuk mencari solusi demi meningkatkan kemampuan literasi sains siswa Indonesia.

Pada penelitiannya, Abdurrahman mengembangkan pembelajaran STEM berbasis makerspace. Makerspace adalah pembelajaran di mana pendidik memberikan ruang kreatifitas bagi siswa untuk merancang produk dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah.

Setelah diuji coba, ternyata pembelajaran ini berpengaruh sangat tinggi dalam meningkatkan kemampuan literasi sains, di mana effect size dari pembelajaran ini mencapai angka 0.9 persen.

Dalam Internasional Conference yang diikuti para dosen muda dari berbagai perguruan tinggi ini, menghadirkan tiga pakar dari luar negeri yaitu, Prof. Hisanori KATO, Ph.D (Chuo University Jepang), Prof. Muhammad Haseeh, Ph.D (Taylors University Malaysia) dan Prof. Sukree Langputeh, Ph.D (Fatoni University Thailand). (W9-jam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.