Lodewijk Ingatkan Masyarakat Kecanduan Gadget Bisa Sebabkan Gangguan Mental

Wakil Ketua DPR RI Lodewijk F Paulus dalam acara Ngobrol Bersama Legislator. (foto : ist)

Bandarlampung, Warta9.com – Wakil Ketua DPR RI Bidang Politik Hukum dan Keamanan H. Lodewijk F. Paulus, mengingatkan kepada orang tua agar melakukan pengawasan terhadap anak-anak dalam penggunaan smartphone/gadget. Sebab, jangan sampai anak-anak karena kecanduan gadget menyebabkan gangguan emosi dan mental anak.

“Penting saya sampaikan kepada sahabat sekalian, bahwa di era digital saat ini sangat penting melakukan pengawasan terhadap anak pada saat mereka menggunakan smartphone. Jangan sampai anak-anak kecanduan smartpone sehingga menyebabkan gangguan emosi dan mental anak,” kata Lodewijk, saat menjadi pembicara utama secara virtual pada acara bertajuk “Ngobrol Bareng Legislator”, Senin (22/8/2022).

Lodewijk, anggota DPR RI ini rajin menyapa langsung lebih dari 200 “Sahabat Lodewijk” di daerah pemilihan (Dapil) Lampung 1 yang berpartisipasi pada acara yang berlangsung selama dua jam ini. Legislator yang juga mantan Danjen Kopassus ini memaparkan materi terkait dampak positif dan negative media sosial. Menurutnya, media sosial (medsos) bisa diibaratkan menjadi pedang bermata dua. Kenapa demikian? Simak pemaparan H. Lodewijk kali ini.

Di era digital saat ini lanjut Lodewijk, semua informasi dapat kita peroleh dalam satu genggaman. Dari data yang disampaikan Lodewijk yang melansir dari hasil survey APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), terlihat bahwa pengguna ponsel di Indonesia saat ini mencapai 370,1 juta. Sementara jumlah penduduk Indonesia saat ini sebesar 277,1 juta jiwa. “Itu artinya, masyarakat kita saat ini bisa dibilang punya lebih dari satu smartphone,” tukas Lodewijk.

Sementara itu, pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 204,7 juta orang. Dari angka tersebut, 68,9% diantaranya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial.
Dengan melihat besarnya pengguna smartphone di Indonesia juga memberikan dampak negative bagi anak-anak dan remaja. Lodewijk menjelaskan, “Berdasarkan data yang saya terima, bahwa di RSJ (Rumahs Sakit Jiwa) Cisarua pada awal 2021 lalu terdapat 14 anak yang kedapatan mengalami kecanduan smartphone dan menjalani rawat jalan,” jelas Lodewijk juga Sekjen Partai Golkar ini.

Perlu diketahui juga bahwa sepanjang tahun 2020 setidaknya ada 98 anak yang menjalani rawat jalan akibat kecanduan smartphone. Usia anak ini berkisar antara 11-15 tahun dimana pada usia ini merupakan usia produktif sekolah.

ADHD, Gangguan Mental Akibat Kecanduan Gadget
Lodewijk mengingatkan kepada masyarakat, bahwa penggunaan gadget secara berlebihan dapat mengakibatkan gangguan mental. “Anak-anak dan remaja yang lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan bermain smartphone sangat rentan mengalami masalah gangguan perilaku dan cenderung lebih emosional,” terangnya.

Hal ini bisa disebut juga dengan gejala attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD. Perlu diketahui bahwa ADHD merupakan gangguan mental yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian dan memiliki perilaku yang impulsif serta agresif. Jika kondisi ini terjadi pada anak-anak dan tidak segera diatasi, maka berpotensi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi anak di sekolah. Anak dengan kondisi ADHD lebih sering terlihat tidak mendengarkan pembicaraan yang dilakukan secara langsung. Tidak hanya itu, pengidap ADHD pun mengalami kesulitan mengatur tugas dan aktivitas yang dijalani.

Hal tersebut menjadi perhatian Lodewijk sebagai wakil masyarakat di parlemen untuk terus memberikan edukasi mengenai pentingnya sikap bijaksana dalam menggunakan gadget di era digital. Digitalisasi di segala aspek tidak hanya memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam belajar, bekerja dan mengelola bisnis. Namun penting diingatkan bahwa di era digital ini juga perlu peningkatan pengawasan, terutama bagi anak dan remaja.

Pak Haji, Jenderal Millenial
Lodewijk dikenal sebagai seorang Jenderal Kopassus yang merupakan pasukan elite Republik ini. Pasukan ini dikenal tangguh, tegas, dan memiliki kemampuan khusus baik dari sisi intelijen maupun kemampuan tempur. Namun demikian, “Pak Haji” Lodewijk justru dikenal sahabat-sahabatnya di dapil sebagai sosok yang ramah, rendah hati, dan berbaur di masyarakat terutama kalangan millennial. Oleh karenanya, kegiatan sosialisasi bijak bermedia sosial ini gencar diprakarsainya bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo RI).

Pemahaman penggunaan gadget dinilai H. Lodewijk sangat penting untuk memberikan edukasi kepada pengguna media sosial agar selalu bijak, waspada, dan cerdas dalam menggunakan media sosial. Lodewijk juga mengingatkan dampak buruk penggunaan media sosial. “Saya tak bosan mengingatkan Sahabat Lodewijk sekalian, jangan posting hal-hal negative di medsos. Posting yang penting, bukan yang penting posting,” jelasnya sembari bercanda dengan Sahabatnya.

Yang dimaksud Lodewijk adalah masyarakat harus secara sadar menyaring segala informasi yang ada di medsos. Disamping masyarakat juga dihimbau untuk bijak memposting hal-hal di media sosial dan tidak menggunakan media sosial sebagai alat pemecah belah persatuan dan kesatuan.

Lodewijk memberikan nasihat kepada seluruh masyarakat Indonesia karena menurutnya mendekati tahun politik seperti saat ini sangat rawan informasi hoax yang berseliweran di media sosial. “Ingat Sahabatku sekalian, ini tahun politik. Medsos kita gunakan sebagai sarana pemersatu bangsa. Jangan mudah terpancing provokasi ataupun berita-berita yang belum tentu teruji kebenarannya,” tegasnya.

Acara Ngobrol Bareng Legislator H. Lodewijk F Paulus ini menghadirkan
Samuel Abrijani Pangerapan (Dirjen Aptika Kominfo RI) dan Ridwan Hardiansyah (Pemimpin Redaksi Tribun Lampung).

Ridwan mengatakan, untuk meminimalisir terjadinya hal-hal negatif dalam bermedia sosial, masyarakat setidaknya memenuhi tiga prinsip bijak bermedia sosial yaitu mematuhi pedoman komunitas, sering bantu share, serta menjaga etika. “Jangan terlalu mudah mengeluarkan unek-unek kita di media sosial karena itu bisa membuat orang lain empati dan simpati terhadap kita, tetapi juga bisa menimbulkan sisi negatif terkait pribadi kita,” tutur Ridwan. (W9-jam)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.