PTM VS Pembelajaran Daring, oleh : Ajeng Savitri Puspaningrum, M.Kom*

Warta9.com – Pandemi Covid-19 telah merubah kehidupan manusia secara mendunia. Berbagai sektor kehidupan terkena imbas dari pendemi yang berkepanjangan ini. Salah satu sektor yang paling terkena dampaknya adalah sektor pendidikan.

Bagaimana tidak, sudah hampir tiga tahun anak-anak kita tidak diizinkan untuk melakukan pembelajaran di sekolah. Dikutip dari : Penyesuaian Keputusan Bersama Empat Menteri tentang Panduan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim dalam taklimat media Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19, di Jakarta, Jumat (07/08) mengatakan “Prioritas utama pemerintah adalah untuk mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat secara umum, serta mempertimbangkan tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan selama pandemi COVID-19.”

Terbitnya Keputusan Bersama (SKB Empat Menteri) Nomor 01/KB/2022, Nomor 408 Tahun 2022, Nomor HK.01.08/MENKES/1140/2022, Nomor 420-1026 Tahun 2022 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19 menyatakan diizinkannya Pemberlakuan Pertemuan Tatap Muka (PTM) 100 %. Tentu hal ini menjadi cahaya harapan baru bagi dunia pendidikan.

Hanya saja, PTM 100% tidak serta merta menjadi jawaban atas dampak yang ditimbulkan oleh pandemi bagi sektor pendidikan kita. Di awal pandemi, mungkin kita merasa sulit dengan adanya digitalisasi pendidikan yaitu dengan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran dalam jaringan (daring). Kita perlu beradaptasi dengan digitalisasi pendidikan karena sebelumnya kita sudah nyaman dengan pembelajaran di ruang kelas yang jelas menyajikan interaksi langsung antara guru dan siswa sehingga ilmu pengetahuan yang diajarkan lebih mudah diterima siswa. Namun, 3 tahun belakangan ini, sadar atau tidak pembelajaran daring sudah diterima dengan baik sebagai alternatif proses pembelajaran. Penggunaan aplikasi Zoom Meeting, Google Meet, Google Classroom, Ruang Guru atau sejenisnya telah menjadi sahabat kita dalam pembelajaran.

Sebagian orang mungkin sudah terlena dengan adanya pembelajaran daring. Hal tersebut bisa terjadi karena pembelajaran tidak terbatas oleh ruang dan waktu sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih fleksibel. Selain itu materi yang diberikan bisa lebih banyak sehingga siswa menerima ilmu pengetahuan yang lebih banyak dan beragam. Pembelajaran juga menjadi yang lebih menarik karena disajikan dengan multimedia dan siswa menjadi lebih cakap dalam menggunakan teknologi yang dapat menjadi bekal mereka di masa yang akan datang.

Di sisi lain, pembelajaran daring juga mungkin memberikan dampak negatif seperti munculnya resiko terabaikannya proses pembelajaran afektif yaitu siswa menjadi kurang bersosialisasi sehingga memunculkan potensi individualisme. Hal tersebut mampu menyebabkan hilangnya kemampuan mental dan penurunan keterampilan interpersonal. Kecanduan penggunaan gadget juga bisa menjadi dampak negatif pembelajaran lain dari daring karena siswa menjadi lebih sering menggunakan gadget. Hal tersebut tentu menjadi bahaya lain yang mengintai para siswa. Hilangnya minar membaca hingga resiko radiasi dan kanker juga menjadi dampak negatif lain yang perlu diperhatikan.

PTM ataupun pembelajaran daring keduanya memiliki sisi positif maupun negatif. PTM yang diimbangi dengan penggunaan teknologi dapat meningkatkan minat belajar siswa. Dan pembelajaran daring dengan pengawasan yang tepat dari orang tua juga dapat menjadi alternatif pembelajaran dengan ilmu pengetahuan yang tak terbatas.

Jadi, mana yang lebih baik?
Semua tergantung bagaimana kita memandangnya dan kebijakan kita dalam menggunakannya. (*Pakar Software Engineering/Dosen Universitas Teknokrat)

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.