Penas Padang, Hanan Rozak dan Sekjen Kementan Talkshow Bahas Milenial Agriculture

Anggota Komisi IV DPR RI Hanan A Rozak bersama Sekjen Kementan Kasdi Subagyono Talkshow di Penas XVI Padang. (foto : ist)

Padang, Warta9.com – Anggota Komisi IV DPR RI juga Ketua KTNA Provinsi Lampung Ir. H. Hanan A Rozak, MS, bersama Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian RI Sekjen Kementan, Dr. Kasdi Subagyono, MSc, melakukan talk show tentang Milenial Agriculture Forum : Bioagriculture Photovoltaic untuk Pertanian Berkelanjutan, di arena Pameran Penas Tani Nelayan XVI Padang, Rabu (14/6/2023).

Hanan A Rozak mengatakan, bahwa Penas XVI ini merupakan lanjutan Penas-Penas sebelumnya. Tentunya Penas XVI di Padang Sumbar banyak kemajuan dengan antusiasnya daerah di Indonesia yang mengikuti kegiatan ini. Dalam Penas XVI, KTNA telah menelurkan rekomendasi yang perlu dilakukan Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian dalam menghadapi Perubahan Elnino dan krisis pangan dunia.

Hanan Rozak menyampaikan terkait kaum milenial yang akan terjun ke dunia pertanian tentunya penuh pertimbangan. Hanan mengatakan ada tiga kutub yang harus dicermati yaitu Kutub Hulu, Onfarm dan Hilir.

Terkait Hulu, banyak perusahaan yang bermain di sektor ini karena ada keuntungan yang besar. Sedangkan onfarm, lanjut Hanan, masih perlu kita perhatikan dan kita tingkatkan. Karena kendalanya cukup banyak terkait sekala usaha. Hanan mencontohkan seorang petani di Jawa, dengan satu hektar lahan padi sawah dengan panen dua kali setahun, kalau dihitung penghasilan petani satu bulan kisaran Rp2500.000-Rp3.000.000.

“Kondisi inilah yang perlu diperhatikan perlunya skala prioritas pertanian. Yang disiapkan oleh Kementan perlunya transformasi pertanian yang modern dan maju. Manakala sudah modern dan maju maka perlu adanya penggunaan teknologi. Dengan adanya penggunaan teknologi pertanian, maka berdampak pada tenaga pertanian manusia. Penggunaan tenaga pertanian semakin lama semakin berkurang. Karena itu, bagaimana menyiapkan sektor lain yang bisa menampung tenaga pertanian yang menganggur dari sektor pertanian ke sektor non pertanian.

“Yang perlu kami sampaikan, bagaimana petani padi, jagung, singkong dan petani holtikultura mereka berusaha. Karena mereka sasarannya bukan untuk mendapatkan produk, tapi bagaimana untuk mendapatkan pendapatan. Tentunya harus kita pikirkan produksi meningkat dan harganya di pasaran menguntungkan,” ujar Hanan, anggota DPR RI dari Golkar ini.

Hanan A Rozak saat mengunjungi Pabrik Minyak Goreng mini di Padang. (foto : ist)

Bagaimana dengan yang di hulu, Hanan Rozak mengatakan, bagaimana menekan biaya produksi semaksimal mungkin sesuai dengan penggunaan tanaman produksi karena ini tidak ada pilihan. Contohnya, lanjut Hanan, bagaimana sekarang petani kesulitan memperoleh pupuk, karena harga pupuk mahal. “Ini harus ada pilihan-pilihan dari Kementerian. Kita menyiapkan bahan-bahan penghijauan di sekitar kita untuk menjadi bahan organik dikembalikan ke lahan lagi untuk mengurangi kebutuhan pupuk yang harganya mahal,” ujar Hanan.

Terkait produksi gandum, Hanan Rozak mengatakan, bahwa untuk produksi gandum tidak ada pilihan, kalau pun bisa tidak bisa memproduksi sesuai yang kita harapkan. Karena itu, tidak ada pilihan gandum harus tetap impor.

Sementara itu, Sekjen Kementan Kasdi Subagyono mengatakan, penyediaan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi keniscayaan. Untuk itu, pentingnya diversifikasi pangan dengan mengoptimalkan potensi dan keragaman sumber daya pangan lokal sebagai salah satu strategi ketahanan pangan di tengah perubahan iklim.

Karena itu, Kasdi Subagyono perlunya tanam pangan lokal sebanyak- banyaknya, diversifikasi pangan lokal, genjok prokdutivitas. Sekjen Kementan berpesan kepada para milenial untuk secara masif mendorong diversifikasi pangan khususnya pangan lokal. (W9-jam)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.