Dinas Lingkungan Hidup OKU Produksi Pupuk Kompos

OKU, Warta9.com – Dinas Lingkungan Hidup( DLH) Kabupaten Ogan Komering Ulu(OKU) melakukan terobosan dalam pengelolaan sampah.Salah satu caranya ialah mengelola sampah terbarukan menjadi pupuk kompos.

Dengan membentuk rumah kompos hijau asri, tim ini dalam sehari dapat menyerap 20 persen dalam satu kali pengolahan, kurang lebih kompos yang diproduksi mencapai 5 ton perhari.

DLH OKU dalam sehari dalam sehari mengangkut 80 ton sampah, dari 80 ton tersebut, 20 persenya diolah diantaranya dengan diproduksi menjadi kompos.

“Kami mempunyai target mengolah 20 persen sampah, sehingga sampah yang dibuang ke Tempat Pembungan Akhir Sampah volumenya dapat dikurangi,” ujar Kadin DLH.

Lebih lanjut Slamet Riyadi menjelaskan, salah satu solusi jitu yang dapat dilakukan adalah dengan mengolah sampah menggunakan sistem pengomposan windrow.

Windrow adalah salah satu sistem pengomposan di tempat terbuka beratap dengan aerasi alamiah.

Menurut istilah, windrow artinya gundukan-gundukan material yang memanjang. Oleh karena itu biasanya tumpukan kompos dibentuk seperti gundukan yang memanjang dengan diberi celah diantaranya untuk pertukaran udara (aerasi).

Selain cepat, lanjut Slamet, sistem ini juga tergolong murah dan mudah untuk diterapkan, masyarakat hanya perlu memilah sampah mereka antara yang organik dan non-organik. Sampah organik berupa sampah daun, kotoran hewan, dan sisa makanan.

“Sebelum dikomposkan akan lebih baik jika sampah organik dicacah hingga berukuran 5-7 cm untuk mempercepat proses pengomposan. Sampah yang sudah dicacah diaduk terlebih dahulu dengan cairan MOL (mikroorganisme lokal) dan tetes tebu yang diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:1,” jelas Kadin.

Setelah merata adonan sampah ditumpuk diatas bangunan windrow. Bangunan windrow terbuat dari bambu yang diberi celah di tengahnya.

Tumpukan sampah organik itu, lanjut Kadin, dibiarkan 3-4 minggu hingga terkomposkan secara sempurna.

Kompos yang sudah matang ditandai dengan bahan awal yang menjadi lunak, volume sudah menyusut, kompos sudah tidak berbau menyengat, warna kompos coklat kehitaman, dan kondisi kompos sudah remah.

“Dengan sistem pengomposan windrow, sampah organik yang akan dikomposkan akan mendapatkan aerasi yang cukup sehingga kompos lebih cepat matang. Sistem ini juga sangat mudah diterapkan karena hanya membutuhkan sampah organik, bangunan windrow, dan cairan MOL yang dapat diperoleh di toko pertanian dengan harga terjangkau,” terang Kadin. (W9-dody)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.