Riana Sari Arinal Buka Simposium Pencegahan Infeksi Menular pada Transfusi Darah

Ketua PMI Lampung Riana Sari Arinal membuka Simposium Pencegahan Infeksi Menular pada Transfusi Darah. (foto : ist)

Bandarlampung, Warta9.com — Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Lampung Riana Sari Arinal membuka Simposium Sehari Optimalisasi Penggunaan Nucleic Acid Amplification Testing (NAAT) untuk Skrining Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD), yang dilaksanakan di Ballroom Swiss-bel Hotel, Bandarlampung, Sabtu (25/11/2023).

Dalam sambutannya, Riana Sari menjelaskan, bahwa Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat, yang fungsi utamanya adalah meningkatkan derajat kesehatan melalui pengelolaan darah yang berkualitas, penyediaan darah yang aman dan tepat waktu.

“Transfusi darah merupakan tindakan medis berisiko yang salah satu risikonya adalah penularan Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD). Sehingga sesuai dengan peraturan yang ada wajib melakukan uji saring pada semua kantong darah yang dikumpulkan terhadap HIV, virus hepatitis B, virus hepatitis C dan sifilis yang menjamin bahwa transfusi dilakukan dengan cara seaman mungkin,” jelas Riana.

Sehubungan dengan hal tersebut, lanjut Ibu Riana, PMI memandang kegiatan pada hari ini sangat penting karena Uji Saring Nucleic Acid Amplification Testing (NAAT) merupakan uji saring darah yang lebih sensitif dalam mendeteksi keberadaan DNA/RNA virus untuk mengurangi risiko terjadinya IMLTD dan memastikan bahwa darah donor yang disalurkan aman dan terjamin kualitasnya. “Saya selaku Ketua PMI Provinsi Lampung sangat mengapresiasi kegiatan ini, dimana disini sama-sama melindungi pendonor maupun penerima donor,” ujar Riana.

Riana berharap setelah acara ini Penggunaan NAT ini benar-benar disosialisasikan terutama kepada Pasien atau penerima donor. “Dan Ini sebagai salah satu upaya atau cara bagi kita untuk melindungi pasien dari penyakit-penyakit infeksi,” ujarnya.
“Dan kepada pendonor, apabila pendonor terdeteksi atau membawa infeksi, diharapkan ini bisa dilakukan atau diobati, sehingga mereka pun tidak mendonorkan darahnya lagi sampai mereka benar-benar sehat,” tambahnya.

“Semoga dengan sosialisasi ini banyak pasien-pasien lebih sadar bagaimana pentingnya menjaga kesehatan diri sendiri,” ungkap Ibu Riana.

Hal serupa juga disampaikan Plt. Kadis Kesehatan Provinsi Lampung, Edwin Rusli, bahwasannya Transfusi darah merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang penting. Pemberian yang sesuai indikasi dapat menyelamatkan jiwa dan meningkatkan derajat kesehatan, namun di sisi lain transfusi merupakan tindakan medis yang mengandung risiko karena kemungkinan adanya risiko penularan penyakit seperti HIV, Hepatitis C, Hepatitis B, HTLV, Sifilis, dan lain sebagainya.

“Guna meminimalisir terjadinya penyakit menular tersebut salah satunya adalah melakukan uji saring IMLTD (Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah). Uji saring ini merupakan bagian yang kritis dari proses penjaminan bahwa transfusi dilakukan dengan cara seaman mungkin,” ujarnya.

“Setiap kantong darah yang disumbangkan harus diuji saring terhadap IMLTD paling sedikit meliputi uji Hepatitis B surface antigen (HBsAg), HIV1/ HIV2 antibody, Hepatitis C antibody (antiHCV) dan Sifilis,” tambahnya.

Saat ini teknologi uji saring darah melalui deteksi DNA/RNA virus telah dikembangkan seiring pesatnya perkembangan teknologi kedokteran transfusi.

Deteksi molekuler ini terbukti dapat meningkatkan keamanan darah karena kemampuannya dalam mendeteksi donor darah yang sedang berada dalam masa jendela infeksi. “Metode uji saring molekuler yang dikenal dengan Nucleic Acid Test (NAT) telah banyak digunakan di negara-negara maju sebagai tambahan terhadap uji saring serologi, namun masih belum dapat diterapkan pada seluruh UTD di Indonesia. Hal ini disebabkan peralatan dan reagensia yang masih sulit dan biaya yang sangat mahal sehingga penggunaan uji saring NAT diberikan hanya pada pasien prioritas,” ujar Edwin.

Pasien prioritas tersebut adalah pasien dengan kriteria paling berisiko terinfeksi melalui transfusi darah, yaitu paling sering dan paling banyak memerlukan transfusi darah.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung menyambut baik Simposium Sehari Optimalisasi Penggunaan NAT untuk Skrining Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah yang diselenggarakan oleh Unit Donor Darah Pembina PMI Provinsi Lampung.

“Besar harapan kami kegiatan ini mampu meningkatkan pengetahuan dan awareness para dokter dan tenaga laboratorium kesehatan yang bekerja di rumah sakit, UDD, laboratorium klinik umum, pratama, madya dan utama tentang penggunaan NAT dalam pengamanan darah,” ujarnya. (W9-jm)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.