Angkat Kearifan Lokal Pada Festival Bambu di Tubaba

TUBABA, Warta9.com – Berbagai kerajinan berbahan bambu akan ditampilkan dalam festival bambu atau Tubaba International Bamboo Festival (TIBF) di Uluan Nughik, Tulangbawang Barat, sebagai tuan rumah mewakili Provinsi Lampung, pada awal November mendatang.

Mulai dari penerbitan buku, pameran kerajinan berbahan bambu karya masyarakat asli Tubaba, workshop, seni pertunjukan, penanaman pohon bambu, hingga permainan rakyat. Event berskala internasional yang dikuratori Gede Kresna tersebut didukung Kemendikbud bersama Pemkab Tubaba.

Sekolah Seni Tubaba selaku penyelenggara event tersebut saat ini telah mempersiapkan berbagai karya masyarakat Tubaba untuk ditampilkan dalam acara kearifan lokal itu.

Dimana produk-produk kriya bambu tradisional yang hidup di dalam kebudayaan sungai di kampung-kampung tua di Tubaba menjadi bagian penting dalam festival level dunia ini.

Bubu-bubu bambu yang merupakan teknologi tradisional tersebut telah menjadi ekosistem bambu yang membantu modus ekonomi warga, dengan teknologi tradisional tersebut pencarian ikan di sungai tidak semata kegiatan ekstraktif biasa.

Dimana bubu akan diperlakukan sebagai karya instalasi utama festival. Pengetahuan warga kampung-kampung tua akan didistribusikan secara luas pada bagian acara workshop “Membuat Bubu”.

Workshop kriya tradisional tersebut dilengkapi dengan workshop “Membuat Keranjang Botol” oleh Rumah Intaran. Sementara Pengalaman Rasa akan menggelar workshop “Kuliner Bambu”.

Bukan hanya itu, buku berjudul “Menjaga Bambu Nusantara dari Tubaba”, yang ditulis oleh sepuluh pegiat bambu dari berbagai latar belakang juga akan diterbitkan dalam acara tersebut. Mulai dari akademisi, arsitek, pelaku industri bambu, pegiat kriya, hingga seniman pertunjukan dilibatkan dalam penulisan buku itu.

Sepuluh penulis buku itu adalah: Prof. Elizabeth Wijaya (akademisi), Muqodas Syuhada (arsitek), Undagi Jatnika Nagamiharja (praktisi), Eko Prawoto (arsitek), Singgih Susilo Kartono (praktisi), Gede Kresna (arsitek).

Kemudian dari seni pertunjukan melibatkan Lawe Samagaha, Studio Dapur (kriya) dan Putra Dharmalko Tumangke Maxy (arsitek). Dengan terbitnya buku tersebut diharapkan bisa berkontribusi bagi literasi bambu di Indonesia. Launching buku akan ditayangkan secara daring.

Arsitek Effan Adhiwira akan berbagi workshop membuat instalasi bambu. Sedangkan arsitek Eko Prawoto akan merespon bubu-bubu berukuran besar sebagai karya instalasinya.

Workshop lain yang juga sangat penting adalah workshop membuat instrumen musik Q-thik oleh Lawe Samagaha. Instrumen musik Q-thik merupakan instrumen musik “tradisonal baru” yang telah menjadi bagian penting dalam program kebudayaan Tubaba.

Sedangkan Indonesia Bamboo Comunity (IBC), sebuah lembaga yang dikenal inisiator membuat instumen-instrumen musik modern berbahan bambu akan menggelar workshop pembuatan gitar bambu.

Sejumlah partisipan luar negeri akan terlibat dalam pameran dengan tajuk “Parametric in Bamboo” merupakan karya-karya sketsa instalasi bambu hasil respon dari bubu-bubu Tubaba.

Mereka adalah: Carlos Banon (Singapura), Christian Salandanan (Philippina), Lucas Loo (Malaysia), Osamu Sekigushi (Jepang), Prof Touki Shiga (Jepang), Irina Biletska (Brazil) dan Indra Santosa (Swiss).

Selain pameran, partisipan luar negeri akan berbagi konsep kekaryaan bambu mereka melalui perkuliahan (lecture) yang telah direkam secara khusus. Rekaman video ditayangkan sepanjang festival.

Pameran kriya bambu melibatkan sejumlah lembaga, yakni; Rumah Intaran, Studio Dapur, Indonesia Bamboo Comunity, Sepedagi dan Akademi Bambu Nusantara. Selain itu juga memamerkan sejumlah kerajinan tradisonal dari seluruh Sumatra dan bubu dari kampung-kampung tua di Tubaba.

Salim Try juga menjelaskan bahwa festival ini setiap hari akan menampilkan seni pertunjukan, pada malam penutupan kelompok musik Senyawa, sebuah kelompok musik eksperimental dari Yogyakarta, yang dikenal dengan penggunaan instrumen bambu akan menjadi penutup seluruh rangkaian acara.

Kelompok lain adalah Pringlaras (Pringsewu), Orkes Ba’da Isya (Bandarlampung), Ijotafara (Tubaba), Voice of Culture (Tubaba), Sanggar Pakem Anak Rawa (Tubaba), Sanggar Buntara Budaya (Tubaba), Q-Plus (Tubaba), Gadis Senja (Tubaba) dan Pertunjukan Sirkus Api oleh Vian dan Anastasya (Tubaba-Makassar).

Kegiatan ini menerapkan protokol kesehatan. Pada acara pembukaan dan penutupan panitia hanya mengundang tamu sejumlah 50% dari kapasitas ampi teater Ulluan Nughik. Panitia menyiapkan 1000 masker, hand sanithiser dan alat pendeteksi suhu yang memadai.

Mata acara terpilih disiarkan secara daring melalui kanal-kanal berikut:

  • Youtube: sekolahsenitubaba atau tubababamboointernationalfestival
  • Instagram: sekolahsenitubaba dan tubaba_ibf2020.

Link webinar melalui zoom meeting akan diberitahukan lebih lanjut. Kontak Panitia: [email protected] dan 0823 7473 0084 (Juanda, Humas). (Nan/rl)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.