Krisis Air Bersih, BWS Bali Bakal Bangun Lima Bendungan

Denpasar Bali, Warta9.com – Guna menutupi kekurangan lima kubik air di Kota Denpasar, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida, I Ketut Jayada mengungkapkan, jika BWS Bali berencana membangun bendungan.

“Harus bikin bendungan untuk Denpasar, agar membantu 1,7 kubik. Dan nantinya akan dibangun 5 bendungan,” ungkapnya, di acara Focus Group Discussion (FGD), yang diadakan oleh Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh November (IKA-ITS) Surabaya – Wilayah Bali, di Hotel Puri Ayu, Denpasar, Senin (10/12).

Di acara yang mengusung tema “Tantangan dan Strategi Penyediaan Air Bersih di Bali” tersebut, Jayada mengaku, jika air PDAM hanya mampu melayani sekitar 58 persen kebutuhan air bersih warga kota Denpasar. Dikarenakan dari jumlah penduduk yang banyak, juga sektor pariwisata.

“Beruntung Denpasar punya air tanah yang bagus. Jadi 42 persen masyarakat bisa menggunakan air tanah,” ujarnya.

Lebih lanjut, penggunaan air tanah secara berlebihan memiliki beberapa dampak buruk. Jika dipakai secara terus menerus, akan terjadinya penurunan permukaan tanah seperti yang terjadi di Jakarta.

“Untuk itu kami berupaya menyediakan air di atas untuk mengurangi pemakaian air tanah. Terutama banyak hotel memakai air tanah,” terangnya.

Sementara Ir Eddy Setiadi Soedjono, dosen ITS yang hadir menyebutkan, target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun 2015 – 2019, dengan tercapainya universal access atau cakupan akses 100% untuk air minum, 0% kawasan kumuh, 100% untuk sanitasi. Cakupan 100% yang dimaksud, adalah semua daerah di Indonesia 100% terlayani oleh air bersih.

Akan tetapi, hingga saat ini telah terjadi disparitas atau jurang antara kebutuhan air dengan persediaan air. Kenyataannya, kebutuhan air di perkotaan kurang lebih sebesar 200 liter per orang, sedangkan berdasarkan Permen PU No 14/2010 kebutuhan air bersih 60 liter per orang per hari. Jadi ada kelebihan konsumsi 140 liter per orang.

Bahkan Eddy membandingkan, dimana negara Singapura yang tidak memiliki sumber mata air, karena air disana sangat mahal. Sehingga negara itu mengubah air limbah dijadikan air minum. Sebaliknya Indonesia bisa saja seperti Singapura karena teknologinya sendiri sudah ada. Namun, ini belum dapat diterima oleh masyarakat karena masalah nilai ataupun rasa.

“Sebenarnya segala macam teknologi yang dicetuskan oleh pemerintah, akademisi dan praktisi menjadi sia-sia jika tidak didukung dengan partisipasi masyarakat untuk membudayakan pemanfaatan air yang efisien,” jelas Eddy. (W9-soni)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.