Tulang Bawang, Warta9.com – Proyek rekonstruksi jalan senilai Rp8,4 miliar di Kampung Moris Jaya, Kecamatan Banjar Agung, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung, kembali menuai sorotan. CV Rekasa Berdikari Mandiri selaku kontraktor pelaksana diduga tidak mengerjakan proyek sesuai standar, khususnya pada volume Base A yang berpotensi merugikan kualitas jalan.
Penelusuran warta9.com, ditemui adanya penggalian per station (STA) sedalam 10 sentimeter dengan panjang lima meter setiap 50 meter badan jalan. Padahal, menurut standar teknis, peningkatan jalan seharusnya dilakukan dengan pengupasan menyeluruh sejak titik nol, kemudian dipadatkan dan diuji DCP (dynamic cone penetrometer) sebelum dihampar lapis pondasi agregat kelas A (Base A).
“Belum pernah ada peningkatan jalan yang dikerjakan model galian per STA. Cara seperti ini mengindikasikan adanya potensi pengurangan ketebalan Base A,” ungkap seorang sumber yang enggan disebutkan namanya, Kamis (18/9/2025).
Temuan lain, kupasan hotmix lama justru diletakkan di sisi jalan dan tidak dibuang keluar area pekerjaan. Kondisi ini dikhawatirkan dapat bercampur dengan pondasi baru sehingga menurunkan kualitas.
“Kalau kupasan hotmix hanya disisihkan di samping badan jalan, jelas berisiko pada mutu konstruksi. Jangan sampai rakyat sudah membayar mahal lewat APBD, tapi hasilnya jalan cepat rusak,” imbuh sumber tersebut.
Ia meminta Komisi III DPRD Tulang Bawang selaku mitra pengawasan Dinas PUPR segera turun ke lokasi. Menurutnya, pengawalan mutlak diperlukan agar proyek bernilai miliaran ini tidak asal jadi.
“Jangan sampai perusahaan dapat keuntungan besar, tapi rakyat yang dirugikan. Jalan baru seumur jagung sudah rusak parah, sementara uang yang dipakai dari APBD, uang rakyat. Rakyat berhak menikmati jalan yang benar-benar layak,” tegasnya.
Disisi lain, Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPR Tulang Bawang sekaligus PPK proyek, Satria Utama, membenarkan adanya penggalian per STA. Namun ia menegaskan, penggalian dilakukan hanya di titik-titik yang mengalami kerusakan parah.
“Kalau tidak digali, kualitas jalan justru sulit dijamin. Kebiasaan masyarakat menimbun jalan dengan kayu menyebabkan kerusakan di beberapa titik. Jadi penggalian itu untuk memastikan mutu. Proyek ini masih berjalan, penilaian akhir bisa dilihat setelah rampung,” jelas Satria saat ditemui, Rabu (10/9/2025).
Meski demikian, publik tetap menekankan perlunya transparansi dan pengawasan berlapis agar dana Rp8,4 miliar dari APBD 2025 benar-benar menghasilkan jalan yang kokoh dan bisa dinikmati masyarakat, bukan sekedar proyek yang sarat masalah. (W9-Wan)



















