Lamsel, warta9.com – Di tengah genangan air dan jalan yang menganga rusak, warga Kecamatan Palas, Lampung Selatan, menyulap penderitaan jadi pertunjukan satire. Sebanyak 40 kilogram ikan lele ditebar di atas jalan rusak yang tergenang air—seolah-olah itu adalah kolam buatan dari harapan yang lama tak dipenuhi.
Aksi ini bukan sekadar protes, tapi seni kritik yang menggugah. Sudah lebih dari 10 tahun warga menanti perbaikan jalan yang tak kunjung datang. Namun, alih-alih tersinggung atau marah, Bupati Lampung Selatan, Radityo Egi Pratama, justru mengacungkan jempol.
“Saya apresiasi kreativitas masyarakat dalam menyampaikan aspirasi. Terima kasih sudah beraspirasi dengan cara yang unik dan kreatif,” ucap Bupati Egi, menanggapi aksi tersebut.
Baru satu bulan dilantik, Egi mengaku jalan penghubung enam desa—Bumi Daya, Tanjung Jaya, Bumi Asri, Bumi Asih, Bumi Restu, dan Pulau Jaya—sudah jadi salah satu fokus utamanya. Namun, ia juga mengingatkan bahwa pembangunan bukan sulap. APBD 2025 yang disusun oleh pemerintahan sebelumnya menjadi tantangan tersendiri dalam merealisasikan rencana perbaikan.
“Saya paham masyarakat sudah terlalu lama tidak diperhatikan. Tapi masyarakat juga perlu paham, pembangunan itu ada prosesnya. Bismillah, kita benahi bareng-bareng,” tambahnya.
Warga Palas boleh kecewa, tapi mereka tetap memilih cara damai dan menggelitik untuk menyuarakan keluhannya. Lele-lele di jalan itu kini bukan sekadar simbol genangan, tapi juga harapan—agar janji pembangunan tak terus tenggelam dalam lumpur birokrasi. (rls/*)